Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Tiga tahun pemerintahan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina dan Hermansyah atau Ibnu - Herman, meluncurkan aksi sejuta bakul purun untuk mengurangi peredaran kantong plastik di pasar tradisional.
Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina pada peluncuran aksi sejuta bakul purun di Pasar Teluk Dalam Banjarmasin, Kamis (14/2), mengatakan kegiatan tersebut merupakan komitmen Pemerintah Kota Banjarmasin untuk mengurangi sampah plastik.
Menurut Ibnu, persoalan sampah termasuk sampah plastik, menjadi salah satu beban berat yang harus dipikul dan diatasi oleh Pemerintah Kota Banjaramsin.
Setiap hari, tidak kurang dari 600 ton atau 100 truk sampah dari Kota Banjarmasin, masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Bila dikalikan satu bulan, maka tidak kurang dari 3 ribu truk sampah, yang harus dibuang ke TPA.
Dari jumlah tersebut, 15 persen diantaranya adalah sampah plastik, yang memerlukan waktu cukup lama untuk didaur ulang.
Sehingga, kata Ibnu, perlu upaya yang serius dan konsisten dari seluruh pihak terkait, untuk mengurangi sampah terutama sampah plastik.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah, dengan melakukan gerakan aksi sejuta bakul purun, untuk mengurangi penggunakan kantong plastik di seluruh pasar tradisional di Banjarmasin.
Aksi tersebut, sebelumnya telah berhasil diterapkan di pertokoan dan retail atau eceran serta supermarket dengan dasar Peraturan Wali Kota (Perwali) Kota Banjarmasin No 18 Tahun 2016 tentang pengurangan kantor plastik.
Awalnya, keputusan tersebut mendapatkan perlawanan melalui berbagai protes yang disampaikan oleh seluruh pihak yang terdampak, namun karena sudah menjadi komitmen, maka akhirnya program tersebut berhasil dilaksanakan.
Gerakan tersebut, terbukti telah mampu mengurangi sampah plastik hingga 5 persen per hari, atau 3-5 truk per hari.
Diharapkan, melalui gerakan pengurangan sampah di pasar tradisional, maka upaya pengurangan plastik menjadi lebih maksimal.
"Jadi ibu-ibu, kalau ke pasar untuk sekedar membeli sayur atau sembako, jangan lagi pakai plastik, tetapi pakai bakul purun atau yang lainnya, yang bisa didaur ulang," katanya.
Bagaimana dengan pedagang ikan, kata Ibnu sambil menyapa para pedagang di Pasar Teluk Dalam, masih bisa menggunakan kantong plastik, tetapi harus diminimalisasi.
Itupun kantong plastiknya harus yang sesuai dengan plastik yang aman untuk membungkus makanan, jangan kantong plastik warna hitam.
Gerakan sejuta bakul purun, tambah Ibnu, juga bermanfaat untuk kesehatan, karena makanan yang dibungkus dengan plastik, juga banyak menimbulkan efek samping bagi kesehatan, seperti kanker dan penyakit lainnya.
"Biar saja Banjarmasin disebut kembali ke zaman bahula (dahulu kala), dengan kembali menggunakan bakul purun, yang penting sehat," katanya.
Sebenarnya, canda Ibnu, dengan menggunakan bakul purun, warga Banjarmasin telah kembali ke jalan yang benar, yaitu mengikuti pola hidup sehat, nenek dan kakek warga Banjarmasin, yang terbukti tetap sehat walaupun umurnya di atas 75 tahun bahkan 80 tahun.
Salah satu rahasianya adalah selalu menggunakan bahan alami nonplastik. Berbeda dengan anak sekarang, baru umur di atas 40, sudah banyak terserang berbagai penyakit, karena salah satunya dipengaruhi oleh plastik.***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina pada peluncuran aksi sejuta bakul purun di Pasar Teluk Dalam Banjarmasin, Kamis (14/2), mengatakan kegiatan tersebut merupakan komitmen Pemerintah Kota Banjarmasin untuk mengurangi sampah plastik.
Menurut Ibnu, persoalan sampah termasuk sampah plastik, menjadi salah satu beban berat yang harus dipikul dan diatasi oleh Pemerintah Kota Banjaramsin.
Setiap hari, tidak kurang dari 600 ton atau 100 truk sampah dari Kota Banjarmasin, masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Bila dikalikan satu bulan, maka tidak kurang dari 3 ribu truk sampah, yang harus dibuang ke TPA.
Dari jumlah tersebut, 15 persen diantaranya adalah sampah plastik, yang memerlukan waktu cukup lama untuk didaur ulang.
Sehingga, kata Ibnu, perlu upaya yang serius dan konsisten dari seluruh pihak terkait, untuk mengurangi sampah terutama sampah plastik.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah, dengan melakukan gerakan aksi sejuta bakul purun, untuk mengurangi penggunakan kantong plastik di seluruh pasar tradisional di Banjarmasin.
Aksi tersebut, sebelumnya telah berhasil diterapkan di pertokoan dan retail atau eceran serta supermarket dengan dasar Peraturan Wali Kota (Perwali) Kota Banjarmasin No 18 Tahun 2016 tentang pengurangan kantor plastik.
Awalnya, keputusan tersebut mendapatkan perlawanan melalui berbagai protes yang disampaikan oleh seluruh pihak yang terdampak, namun karena sudah menjadi komitmen, maka akhirnya program tersebut berhasil dilaksanakan.
Gerakan tersebut, terbukti telah mampu mengurangi sampah plastik hingga 5 persen per hari, atau 3-5 truk per hari.
Diharapkan, melalui gerakan pengurangan sampah di pasar tradisional, maka upaya pengurangan plastik menjadi lebih maksimal.
"Jadi ibu-ibu, kalau ke pasar untuk sekedar membeli sayur atau sembako, jangan lagi pakai plastik, tetapi pakai bakul purun atau yang lainnya, yang bisa didaur ulang," katanya.
Bagaimana dengan pedagang ikan, kata Ibnu sambil menyapa para pedagang di Pasar Teluk Dalam, masih bisa menggunakan kantong plastik, tetapi harus diminimalisasi.
Itupun kantong plastiknya harus yang sesuai dengan plastik yang aman untuk membungkus makanan, jangan kantong plastik warna hitam.
Gerakan sejuta bakul purun, tambah Ibnu, juga bermanfaat untuk kesehatan, karena makanan yang dibungkus dengan plastik, juga banyak menimbulkan efek samping bagi kesehatan, seperti kanker dan penyakit lainnya.
"Biar saja Banjarmasin disebut kembali ke zaman bahula (dahulu kala), dengan kembali menggunakan bakul purun, yang penting sehat," katanya.
Sebenarnya, canda Ibnu, dengan menggunakan bakul purun, warga Banjarmasin telah kembali ke jalan yang benar, yaitu mengikuti pola hidup sehat, nenek dan kakek warga Banjarmasin, yang terbukti tetap sehat walaupun umurnya di atas 75 tahun bahkan 80 tahun.
Salah satu rahasianya adalah selalu menggunakan bahan alami nonplastik. Berbeda dengan anak sekarang, baru umur di atas 40, sudah banyak terserang berbagai penyakit, karena salah satunya dipengaruhi oleh plastik.***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019