Dinas Perikanan dan Peternakan Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan berhasil mengurangi praktek penangkapan ikan secara ilegal melalui program penggunaan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan.


Program penangkapan ikan ramah lingkungan dimaksud seperti lukah, rengge, tempirai, serta hapa, ujar Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan HSU Ir Suriani, di Amuntai ibukota HSU, Rabu.

Praktek penangkapan ikan ilegal terus menurun setiap tahun salah satunya berkat penerapan penggunaan alat tangkap sederhana yang ramah lingkungan itu tadi,tambahnya.

Kasus penangkapan ikan secara ilegal terus mengalami penurunan dari 15 kasus pada 2008, menjadi 11 kasus pada 2009, 6 kasus pada 2010 dan hanya 2 kasus pada 2011.

Penerapan penggunaan alat tangkap lukah ini, papar Suriani seiring diluncurkannya "Program Lukah Lestari" oleh Dinas Perikanan bertujuan untuk meningkatkan jumlah tangkapan ikan dikalangan nelayan HSU yang cenderung menurun sejak 2008.

Sekitar 52 ribu nelayan di HSU sangat bergantung pada hasil tangkapan ikan yang cenderung menurun sekitar 1,4 persen setiap tahunnya.

Penurunan tangkapan ikan terjadi, jelas Suriani disebabkan banyaknya areal perikanan yang beralih fungsi, kurangnya kesadaran masyarakat akan kelestarian perikanan hingga terjadinya praktek ilegal fishing dan belum berfungsi optimal kawasan suaka perikanan

Penerapan Lukah Lestari tersebut, terangnyanya untuk meningkatkan tangkapan ikan disamping terus menjalankan program lain seperti pembangunan kawasan suaka lindung perikanan (konservasi), menumbuhkan kelompok pengawas masyarakat (pokwakmas) dan menggelar razia ilegal fishing.

"Jadi melalui program ini kita memberikan bantuan alat tangkap yang ramah lingkungan kepada nelayan yang sudah kita luncurkan sejak 2010" kata Suriani.

Tingkat keberhasilan program ini, jelasnya sangat signifikan walaupun dari angka produksi perikanan tangkap masih mengalami penurunan tetapi angka tersebut masih dibawah penurunan angka nasional yang sebesar 3 persen.

Penyebab penurunan sekarang ini menurutnya lebih kepada faktor alam dimana terjadinya pendangkalan kawasan rawa, serta alih fungsi lahan, dan pencemaran.

Namun jika melihat dari kasus illegal fishing yang terus mengalami penurunan dari tahun ketahun tandas Suriani menunjukkan bahwa program ini berhasil menyentuh masyarakat untuk lebih berupaya menjaga pelestarian sumberdaya perikanan.

Dinas Perikanan dan Peternakan berharap dari penerapan program Lukah Lestari ini akan semakin membuka luas kesempatan berusaha dan bekerja bagi masyarakat nelayan, meluasnya bidang usaha pengolahan ikan sehingga meningkatan pendapatan nelayan.

Sedang untuk jangka panjang terjaganya pelestarian sumberdaya perikanan, diversifikasi hasil olahan perikanan dan meningkatnya kepercayaan investor dalam menanamkan modal dibidang perikanan.

Suriani menambahkan, selain melaksanakan sosialisasi pengenai illegal fishing Dinas Perikanan dan Peternakan yang bekerja sama dengan masyarakat telah berhasil menjadikan 4 buah kawasan suaka perikanan di Danau Lingkap desa Tampakang, Danau Tarantang Desa Longkong, Danau Maningih desa Pandamaan dan Desa Putat.

Lokasi suaka perikanan ini, ucapnya sudah tercantum dalam Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten HSU, dan dalam hal kelembagaan dalam upayanya menjaga pelestarian sumberdaya perikanan telah dibentuk pula pokwakmas yang sampai sekarang berjumlah 38 kelompok, sedangkan untuk kelompok perikanan tangkap sendiri berjumlah 20 kelompok.

Lebih jauh ia ungkapkan, kontribusi yang dihasilkan dari produksi perikanan tangkap pada tahun 2011 berjumlah Rp185,5 juta dengan harga rata-rata Rp15.000/kg walaupun secara kuantitas produksi menurun akan tetapi kontribusinya meningkat hal ini dikarenakan naikkan harga rata-rata ikan perkgnya yang biasanya harga rata-rata berkisar Rp10.000/kg menjadi Rp15.000/kg.

Untuk pemasaran ikan segar sendiri, imbuhnya pemerintah daerah juga menyediakan pasar ikan apabila musim melimpah para nelayan penangkap yang biasanya sekaligus sebagai pengolah, mengolah hasil tangkapannya menjadi ikan kering.

Selain itu juga telah dibangun gudang kering sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hasil olahan masyarakat yaitu di kecamatan Babirik dan Kecamatan Danau Panggang.

  "Bahkan untuk skala yang lebih besar lagi Dinas Perikanan dan Peternakan juga telah membangun Cilling Room (gudang dingin) yang berkapasitas 50 ton di Sei Pandan untuk menjaga stabilitas harga sekaligus sebagai ketahanan pangan" pungkasnya/Edy/D. 

Pewarta:

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012