Amuntai, (Antaranews Kalsel) -Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan mempersiapkan generasi emas 2045 salah satunya dengan memerangi masalah gizi pada anak yang menyebabkan kekerdilan atau Stunting.
Kepala Dinas Pengendalian Pendudukan dan Keluarga Berencana (DPPKB) Hj Anisah Rasyidah di Amuntai, Kamis mengatakan, pihaknya memiliki program tersendiri dalam rangka menpersiapkan generasi emas 2045.
"Kita akan melakukan sosialisasi dengan memanfaatkan potensi dan kearifan lokal untuk secara bersama-sama memerangi Stunting," ujar Anisah.
Anisah mengatakan, kegiatan sosialisasji mengusung tema 'Beapik Palihara Anak dengan Kapas'. Pengertian Kapas disini adalah akronim dari kata 'Kota Amuntai Perangi Stunting'.
Ia menerangkan latar belakang fokus perhatian pada Stunting dalam upaya mempersiapkan generasi emas, karena persoalan ini menyangkut masalah gizi, kesehatan dan kualitas sumber daya manusia.
"Sekarang kita harus lebih memperhatikan lagi kondisi ibu hamil dan asupan gizi ibu dan anak khususnya pada 1000 hari pertama agar tidak terjadi lagi kasus Stunting.
"Pada 2013 Kabupaten HSU tertinggi dalam kasus Stunting di Kalimantan Selatan, sehingga pemerintah daerah berupaya terus menekan kasus Stunting di masyarakat," terang Anisah.
Saat ini, kata Anisah ada enam desa yang menjadi fokus penanganan masalah Stunting melalui program Kampung KB diharapkan jika program berhasil di desa-desa tersebut maka secara signifikan HSU bisa terbebas dari persoalan Stunting.
Anisah menjelaskan, saat Indonesia genap berusia 100 tahun, menjadi salah satu alasan munculnya ide, wacana dan gagasan tentang Generasi Emas 2045.
"Istilah ini digaungkan tanpa sebab, pasalnya ada satu harta karun yang sejatinya bisa menjadi modal untuk kelangsungan bangsa dan negara ini kedepannya, bernama bonus demografi," kata Anisah.
Diterangkannya lagi, pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun) pada periode tahun 2020 - 2045.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Kepala Dinas Pengendalian Pendudukan dan Keluarga Berencana (DPPKB) Hj Anisah Rasyidah di Amuntai, Kamis mengatakan, pihaknya memiliki program tersendiri dalam rangka menpersiapkan generasi emas 2045.
"Kita akan melakukan sosialisasi dengan memanfaatkan potensi dan kearifan lokal untuk secara bersama-sama memerangi Stunting," ujar Anisah.
Anisah mengatakan, kegiatan sosialisasji mengusung tema 'Beapik Palihara Anak dengan Kapas'. Pengertian Kapas disini adalah akronim dari kata 'Kota Amuntai Perangi Stunting'.
Ia menerangkan latar belakang fokus perhatian pada Stunting dalam upaya mempersiapkan generasi emas, karena persoalan ini menyangkut masalah gizi, kesehatan dan kualitas sumber daya manusia.
"Sekarang kita harus lebih memperhatikan lagi kondisi ibu hamil dan asupan gizi ibu dan anak khususnya pada 1000 hari pertama agar tidak terjadi lagi kasus Stunting.
"Pada 2013 Kabupaten HSU tertinggi dalam kasus Stunting di Kalimantan Selatan, sehingga pemerintah daerah berupaya terus menekan kasus Stunting di masyarakat," terang Anisah.
Saat ini, kata Anisah ada enam desa yang menjadi fokus penanganan masalah Stunting melalui program Kampung KB diharapkan jika program berhasil di desa-desa tersebut maka secara signifikan HSU bisa terbebas dari persoalan Stunting.
Anisah menjelaskan, saat Indonesia genap berusia 100 tahun, menjadi salah satu alasan munculnya ide, wacana dan gagasan tentang Generasi Emas 2045.
"Istilah ini digaungkan tanpa sebab, pasalnya ada satu harta karun yang sejatinya bisa menjadi modal untuk kelangsungan bangsa dan negara ini kedepannya, bernama bonus demografi," kata Anisah.
Diterangkannya lagi, pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun) pada periode tahun 2020 - 2045.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018