Petani karet di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, saat ini banyak yang memilih menyimpan karet mereka dan menahan penjualan komoditas tersebut untuk sementara, karena harga turun.

Menurut seorang petani karet dari Desa Hinas Kanan, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT), Itir, saat ditemui di Barabai, Ibu Kota Hulu Sungai Tengah (HST), para petani memilih menyimpan hasil produksi mereka sampai harga kembali stabil.

"Di tingkat petani, harga karet jenis lump (karet mentah) saat ini hanya berkisar antara Rp4 ribu hingga Rp5 ribu perkilogram," ujarnya.

Beberapa pekan sebelumnya, harga karet mentah di tingkat petani di wilayah Hulu Sungai Tengah masih berkisar antara Rp13 ribu hingga Rp15 ribu perkilogram.

Anjloknya harga karet saat ini, ujarnya, cukup mengejutkan petani karena penurunan harga yang terjadi sangat drastis dan sama sekali tidak terduga.

"Harga karet sempat tinggi, berkisar antara Rp15 ribu hingga Rp18 ribu perkilogram dan ketika turun menjadi Rp13 ribu hingga Rp15 ribu, masih wajar sehingga tidak terlalu mengejutkan," katanya.

Anjloknya harga karet saat ini juga diperparah oleh kondisi cuaca yang dalam beberapa hari ini nyaris selalu turun hujan setiap harinya.

Ia menambahkan, kondisi cuaca tersebut berimbas pada kurangnya waktu sadap sehingga banyak petani karet yang lebih memilih untuk mencari alternatif usaha lain.

"Harga karet yang anjlok ditambah kondisi cuaca yang tidak mendukung untuk menyadap, membuat petani lebih memilih untuk mencari alternatif usaha lain seperti mengumpulkan rotan, damar atau pergi ke daerah lain menjadi pendulang emas," tambahnya.

Terlebih lagi saat ini masyarakat HST yang mayoritas bertani padi dan berkebun karet, telah selesai melakukan panen padi sehingga mereka lebih banyak memilih untuk menjadi pendulang emas di daerah lain. C

Pewarta:

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012