Amuntai, (Antaranews Kalsel) -Peternak Kerbau Rawa di Kecamatan Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan masih dihantui ancaman kematian ternak setiap tahunnya.

Kepala bidang produksi ternak Akhmad Rijani di Amuntai Kamis mengatakan,  hampir setiap tahun terjadi kematian kerbau rawa (Bubalus Bubalis Carabanesis) akibat kondisi iklim.
 
"Paling banyak kematian karena kekurangan pakan di saat air rawa lama tidak kering," ujar Rijani.
 
Rijani mengatakan, kematian ternak Kerbau Rawa paling tinggi dua persen per tahun dari jumlah populasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) sekitar 9.000 ekor.
 
Ia juga mengatakan banyak kerbau rawa mati terjadi pada anaknya yang diakibatkan kekurangan susu dari induk.

Namun, ancaman kematian kerbau rawa secara massal tidak terjadi, meski demikian perlu antisipasi dari pemerintah agar kematian kerbau rawa bisa berkurang.

Namun kerugian peternak tidak hanya pada kasus kematian ternak, melainkan juga pada kasus pencurian ternak.
 
"Guna mengatasi kerugikan petani, Kementerian Pertanian bekerja sama dengan PT Jasa Asuransi Indonesia atau Jasindo menawarkan produk Asuransi untuk ternak kerbau rawa," terangnya.

Jaminan berlaku untuk ternak kerbau rawa usia satu tahun yang mati akibat penyakit, melahirkan dan pencurian dengan jaminan, bayar premi cuma Rp40 ribu per ekor/tahun mendapatkan klaim Rp10 juta per ekor.
 
"Sebenarnya premi yang dibayarkan per ekor setahun Rp200 ribu, namun sudah dibantu subsidi pemerintah sebesar Rp160 ribu per ekor pertahun, sehingga premi yang dibayarkan peternak sisa Rp40 ribu," jelasnya.
 
Meski sudah diasuransikan, Rijani berharap peternak tetap memperhatikan aspek kesehatan kerbau rawa dengan memberikan obat atau vitamin ketika sakit atau vaksin dan suplemen untuk pencegahan.
 
 

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018