Kotabaru (Antaranews Kalsel) - Bupati Kotabaru H Sayed Jafar menekankan, pentingnya menjaga persatuan dari seluruh elemen bangsa demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Bung karno juga menggambarkan persatuan bangsa seperti layaknya sapu lidi. Jika tidak diikat, maka lidi tersebut akan tercerai berai, tidak berguna dan mudah dipatahkan," kata bupati, Selasa.

Tetapi lanjut dia, jikalau lidi-lidi itu digabungkan, diikat menjadi sapu, mana ada manusia bisa mematahkan sapu lidi yang sudah terikat.

Menurutnya, gambaran tersebut aktual sekali pada masa sekarang ini. "Kita merasakan bahwa ada kekuatan-kekuatan yang berusaha merenggangkan ikatan sapu lidi kita," kata Bupati Kotabaru membacakan pidato Menteri Menteri Komunikasi dan Informasika, Rudiantara.

Kita disuguhi hasutan-hasutan yang membuat kita bertikai dan tanpa sadar mengiris ikatan yang sudah puluhan tahun menyatukan segala perbedaan tersebut.

Padahal inilah masa yang sangat menentukan bagi kita. Inilah era yang menuntut kita untuk tidak buang-buang waktu demi mengejar ketertinggalan dengan bangsa-bangsa lain.

Momentum sekarang ini menuntut kita untuk tidak buang-buang energi untuk bertikai dan lebih fokus pada pendidikan dan pengembangan manusia Indonesia.

Diungkapkannya, Menurut perhitungan para ahli, sekitar dua tahun lagi kita akan memasuki sebuah era Keemasan dalam konsep kependudukan, yaitu bonus Demografi.

Bonus demografi menyuguhkan potensi keuntungan bagi bangsa karena proporsi penduduk usia produktif lebih tinggi dibanding penduduk usia non-produktif.

"Menurut perkiraan badan pusat statistik, rentang masa ini akan berpuncak nanti pada tahun 2028 sampai 2031, yang berarti tinggal 10-13 tahun lagi. Pada saat itu nanti, angka ketergantungan penduduk diperkirakan mencapai titik terendah, yaitu 46,9 persen," ujarnya.

Proyeksi keuntungan bonus demografi itu akan tinggal menjadi proyeksi jika kita tak dapat memaksimalkannya.

Usia produktif hanya akan tinggal menjadi catatan tentang usia daripada catatan tentang produktivitas, jika mutu sumber daya manusia produktif pada tahun-tahun puncak bonus demografi tersebut tidak dapat mengungkit mesin pertumbuhan ekonomi.

"Oleh sebab itu Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan selalu mendorong dunia pendidikan, bekerja sama dengan industri dan bisnis, untuk mencari terobosan-terobosan baru dalam pendidikan vokasi," ungkapnya.

Jurusan-jurusan baru, baik di tingkat pendidikan tinggi maupun juga di tingkat menengah, yang berkaitan dengan keahlian dan ilmu terapan, harus selalu diciptakan untuk memasok industri akan tenaga terampil yang siap kerja.

(

Pewarta: Imam Hanafi

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018