London (ANTARA News) - Warga Tatarstan di Rusia dapat menikmati masakan khas Indonesia, seperti nasi goreng, mi goreng dan pisang goreng, dengan dibukanya restoran halal Indonesia pertama bernama Indo Food milik Miratullo Saidov, warga Tatarstan alumni Universitas Islam Negeri(UIN) Malang, Jawa Timur, bersama pengusaha lokal, Ayrat Khakimov, Ii GUM, pusat perbelanjaan Kota Kazan.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi, di sela-sela kehadirannya pada konferensi internasional "Russia-Islamic World: Kazan Summit 2018" menyempatkan diri menikmati sajian di restoran tersebut, kata Sekretaris Pertama Fungsi Penerangan, Sosial dan Kebudayaan (Pensosbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Moskow, Enjay Diana, kepada ANTARA News, Sabtu.
Wahid mengatakan promosi makanan Indonesia dengan konsep cepat saji sangat efektif dengan mudah dinikmati publik dan tentunya harga cukup terjangkau, serta bersertifikasi halal.
Apalagi, Republik Tatarstan adalah negara bagian di Rusia yang mayoritas warganya beragama Islam.
"Ada sekitar 25 juta umat Muslim di Rusia, artinya produk halal memiliki peluang besar," ujarnya.
Baca juga: KBRI Moskow gelar festival kuliner di Rusia
Miratullo bersama Ayrat dan koki masak sempat menyambangi Moskow setelah mendengar adanya Indonesian Culinary Festival yang digelar KBRI Moskow bersama jaringan restoran Grabli yang populer di Moskow.
Dalam pertemuan itu, Dubes Wahid berjanji akan mengirim juru masak ke Kazan untuk memberi pelatihan.
"Rencananya kami akan buka beberapa cabang lagi di Tatarstan, dan Insya Allah bisa melebarkan sayap ke beberapa mall di Moskow," ujar Miratullo.
Meskipun belum dibuka secara resmi, restoran Indo Food memiliki pelanggan yang sebagian besar adalah mahasiswa.
"Saya belum pernah ke Indonesia, tapi saya suka masakannya," ujar Leisan, mahasiswi di Kazan bersama rekannya menikmati mi goreng.
Sementara itu, Miratullo berpromosi, "Harga satu porsi mi goreng cukup murah, 120 rubel." Harga itu setara dengan Rp27.000.
Beberapa menu masakan telah diuji coba dan akan segera menjadi menu utama, antara lain nasi goreng, mi goreng, pisang goreng, jamur goreng dan ayam goreng.
"Menu bakso dan soto menyusul," kata Muratullo, yang mengaku sebagai penggemar bakso.
Reza, mahasiswa Kazan Federal University asal Indonesia, menilai: "Mi goreng dan nasi gorengnya juga cocok untuk lidah Indonesia."
Menurut rencana restoran melakukan pembukaan awal pada 15 Mei 2018, dan Dubes Wahid Supriyadi diminta membuka secara resmi setelah Idul Fitri.
Oleh karena itu, Dubes Wahid berjanji membawa tim kesenian sebagai diplomasi seni budaya khas Indonesia, selain mengundang pakar kuliner Indonesia.
Dalam kunjungannya ke Kazan, Dubes Wahid bertemu dengan Presiden (sebutan untuk kepala daerah di Republik Tatarstan) Rustam Minnikhanov. Keduanya sepakat mengadakan kegiatan forum bisnis (Business Forum) dan Hari Indonesia (Indonesian Day) di Kazan pada 2019.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi, di sela-sela kehadirannya pada konferensi internasional "Russia-Islamic World: Kazan Summit 2018" menyempatkan diri menikmati sajian di restoran tersebut, kata Sekretaris Pertama Fungsi Penerangan, Sosial dan Kebudayaan (Pensosbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Moskow, Enjay Diana, kepada ANTARA News, Sabtu.
Wahid mengatakan promosi makanan Indonesia dengan konsep cepat saji sangat efektif dengan mudah dinikmati publik dan tentunya harga cukup terjangkau, serta bersertifikasi halal.
Apalagi, Republik Tatarstan adalah negara bagian di Rusia yang mayoritas warganya beragama Islam.
"Ada sekitar 25 juta umat Muslim di Rusia, artinya produk halal memiliki peluang besar," ujarnya.
Baca juga: KBRI Moskow gelar festival kuliner di Rusia
Miratullo bersama Ayrat dan koki masak sempat menyambangi Moskow setelah mendengar adanya Indonesian Culinary Festival yang digelar KBRI Moskow bersama jaringan restoran Grabli yang populer di Moskow.
Dalam pertemuan itu, Dubes Wahid berjanji akan mengirim juru masak ke Kazan untuk memberi pelatihan.
"Rencananya kami akan buka beberapa cabang lagi di Tatarstan, dan Insya Allah bisa melebarkan sayap ke beberapa mall di Moskow," ujar Miratullo.
Meskipun belum dibuka secara resmi, restoran Indo Food memiliki pelanggan yang sebagian besar adalah mahasiswa.
"Saya belum pernah ke Indonesia, tapi saya suka masakannya," ujar Leisan, mahasiswi di Kazan bersama rekannya menikmati mi goreng.
Sementara itu, Miratullo berpromosi, "Harga satu porsi mi goreng cukup murah, 120 rubel." Harga itu setara dengan Rp27.000.
Beberapa menu masakan telah diuji coba dan akan segera menjadi menu utama, antara lain nasi goreng, mi goreng, pisang goreng, jamur goreng dan ayam goreng.
"Menu bakso dan soto menyusul," kata Muratullo, yang mengaku sebagai penggemar bakso.
Reza, mahasiswa Kazan Federal University asal Indonesia, menilai: "Mi goreng dan nasi gorengnya juga cocok untuk lidah Indonesia."
Menurut rencana restoran melakukan pembukaan awal pada 15 Mei 2018, dan Dubes Wahid Supriyadi diminta membuka secara resmi setelah Idul Fitri.
Oleh karena itu, Dubes Wahid berjanji membawa tim kesenian sebagai diplomasi seni budaya khas Indonesia, selain mengundang pakar kuliner Indonesia.
Dalam kunjungannya ke Kazan, Dubes Wahid bertemu dengan Presiden (sebutan untuk kepala daerah di Republik Tatarstan) Rustam Minnikhanov. Keduanya sepakat mengadakan kegiatan forum bisnis (Business Forum) dan Hari Indonesia (Indonesian Day) di Kazan pada 2019.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018