Barabai, Beberapa warga di Pantai Hambawang, Kecamatan Labuan Amas Selatan (LAS) dan Kapuh, Kecamatan Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) secara swadaya dan bergotong royong melakukan penambalan jalan yang rusak karena berlobang, dan dapat membahayakan pengguna jalan.


Warga setempat, Jani,  di Pantai Hambawang, Rabu (21/3), mengatakan kondisi jalan nasional yang rusak di Kabupaten HST sudah terbilang parah karena berlobang dan bergelombang, sementara volume kendaraan bermotor yang melintasi setiap harinya makin bertambah.

"Apalagi kendaraan angkutan berat seperti tronton semen makin memperparah kondisi jalan, yang menjadi urat nadi transfortasi jalur nasional, yang menghubungkan antara provinsi ini, sementara dari pemerintah belum melakukan perbaikan, warga bergotong royong untuk memperbaikinya,"katanya.

Dijelaskan dia, warga melakukan penambalan dengan menggunakan semen, di beberapa titik seperti di Persimpangan Jalan menuju terminal Pantai Hambawang, dan jalan sekitar SPBU Kapuh, pengguna jalan yang melintas pun secara sukarela memberikan sumbangan untuk kegiatan penambalan jalan tersebut.

Diakuinya, memang penambalan hanya bersipat sementara karena berbeda dengan aspal, tambalan dengan semen tidak bisa bertahan lama, tapi warga juga khawatir karena jalan berlobang dan rusak dapat mengakibatkan kecelakaan, apalagi untuk pengguna kendaraan roda dua dan suasana gelap ketika malam rentan kecelakaan.

Warga lainnya, Udin, mengatakan Inisiatif warga juga dikarenakan mereka sebagai pengguna jalan untuk keperluan sehari-hari, dan tak lupa senantiasa mengingatkan pengguna jalan lainnya untuk berhati-hati dan mengurangi kecepatan di jalan yang rusak tersebut.

"Kami berharap Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah dapat menindak lanjuti aksi warga ini, sebagai bentuk aspirasi agar perbaikan jalan nasional yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dapat direalisasikan,"katanya.

Menurut dia, seharusnya angkutan berat seperti angkutan semen punya jalur sendiri seperti perusahaan batubara dan sawit, sehingga tidak mengganggu transfortasi publik lainnya, dan kompensasi yang diberikan untuk angkutan semen bisa melalui jalan negara, juga sudah terlalu lama sehingga kada bisa mengakibatkan kemacetan.

Banyak warga juga menyayangkan, infrastruktur yang dibangun dari biaya negara bersumber pajak kemanfaatannya tidak berlangsung lama, karena kerusakan parah jalan seperti jalan Lingkar Walangsi Kapar.

Walaupun diketahui saat ini pola pengangkutan semen, ketika menggunakan armada besar tiba di persimpangan Walangsi kemudian isi muatannya dipindah ke truk-truk kecil, dengan tonase angkutannya terbagi lebih kecil namun tetap saja iring-iringan armada merajai ruas jalan nasional tersebut.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018