Amuntai,  (Antaranews Kalsel) - Populasi kerbau rawa di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan, sejak dua tahun terakhir berkurang hingga 10 persen.

Kepala bidang Peternakan Akhmad Rijani di Amuntai, Senin mengatakan, pada 2016, populasi kerbau rawa di HSU, terutama di Kecamatan Paminggir sebanyak 10.342 ekor, sekarang kurang dari jumlah tersebut.

"Berkurangnya bisa mencapai 10 persen, akibat curah hujan yang cukup tinggi, sehingga membuat kerbau kelelahan karena harus berenang jauh untuk mencari makan,"katanya.

Selain itu, berkurangnya kerbau rawa disebabkan karena kerbau tersebut banyak terserang penyakit cacing ternak.

"Kami selalu menghimbau peternak agar membeli obat cacing sendiri dan anti biotik, untuk mencegah serangan penyakit cacing tersebut,namun banyak peternak yang tidak melaksanakan," katanya.

Sedangkan obat cacing dari dinas peternakan, tambah dia, sangat terbatas sehingga tidak mencukupi untuk mengobati seluruh kerbau yang ada.

Meningkatkan produksi ternak kerbau rawa, tambah dia, Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Utara, berupaya mengembangbiakan kerbau rawa (Bubalus Bubalis) dengan cara suntik kawin.

Namun tambah Rijani, dibanding ternak sapi, Kerbau Rawa lebih sulit dikenali saat birahi.

"Bila sapi betina ada memperlihatkan tanda-tanda ketika ingin kawin, tapi kalau kerbau rawa sulit mengenalinya, apalagi kerbau rawa kawinnya di air," katanya.

Rijani mengatakan, akibat kesulitan melakukan suntik kawin inilah Program khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwap) untuk Kerbau Rawa belum maksimal.

Ia mengatakan, sempat tiga ekor kerbau bunting dengan cara suntik kawin tapi ketiga ekor anak kerbau tersebut mati akibat kurang pengawasan dari peternak.

Menurut Rijani, peternak kerbau rawa nampak kurang antusias dengan program suntik kawin dan lebih memilih membiarkan kerbau rawa kawin secara alami atau didatangkan kerbau pejantan dari luar sebagaimana program tahun-tahun sebelumnya.

Rijani menuturkan, sebelum Program Usus Siwab diluncurkan pada 2017, sempat dilaksanakan program pembibitan selama tiga tahun, dengan mendatangkan kerbau jantan dari luar daerah untuk pembibitan.

"Ada lima kelompok ternak yang menerima bantuan kerbau pejantan dari Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat, namun sekarang kerbau pejantan tersebut sudah tidak ada lagi," terangnya.

Keberadaan kerbau pejantan dari luar pun juga memiliki kelemahan, yakni tidak bisa berenang seperti jenis Kerbau Rawa yang ada di Kabupaten HSU, sehingga perlu penyesuaian dan belajar berenang hingga beberapa minggu.

Selain itu, kerbau pejantan dari luar tidak bisa bertahan lama berbaur dengan kelompok Kerbau Rawa karena terjadi persaingan pejantan, bahkan pejantan yang didatangkan dari Kalteng bisa kembali lagi ke daerah asalnya dengan menyusuri tepian sungai.





 

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018