Banjarbaru, (Antaranews Kalsel) - Wisata kuliner di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadi sasaran perburuan warga masyarakat dari berbagai daerah, terutama asal Kota Banjarmasin, ibu kota provinsi tersebut yang bertahun baru 2018.
Pantauan Antara Kalsel, Senin melaporkan, sejumlah rumah makan atau pondok kuliner di "kota idaman" Banjarbaru, sekitar 35 kilometer utara Banjarmasin penuh pengunjung asal berbagai daerah di provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota tersebut.
Namun kuliner yang menjadi buruan warga masyarakat bertahun baru 2018 itu pada umumnya masakan khas daerah Banjar Kalsel, termasuk untuk jenis makanan ringan atau wadai (kue).
Sejumlah masakan/makanan khas daerah Banjar Kalsel itu antara "iwak papuyu baubar" (sejenis ikan batok yang dibakar), "haruan bapanggang" (ikan gabus yang dipanggang), jelawat, lais dan iwak (ikan) baung bapanggang.
Kemudian "sambal acan/samalacan" (sambel trasi) pakai buah bijai (binjai sp) dan atau buah "raman/ramania" (gandaria), serta "cacapan" (asinan untuk mencecah) yang terbuat dari bijai dan atau ramania.
Selain itu, "gangan keladi" (gulai talas), gangan rebung (rebung dari bambu), gangan humbut wan waluh (gulai umbut kelapa muda dan labu merah), serta gangan haliling (gulai sejenis keong sawah).
Sementara makan ringan buat kudapan khas daerah Banjar Kalsel, seperti wadai "gayam" (bubur intalu karuang) yang disebut juga putri mandi atau putri rawon, bubur gunting, bubur baayak, dan bubur rendang (bukan rendang Minang Sumatera Barat).
Sebagai contoh pada salah satu warung makan di Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru yang menyediakan beragaman masakan/makanan khas daerah Banjar Kalsel pengunjungnya ramai dari berbagas RAS.
Mereka seakan berdesak-desakan dan harus sabar mengantre untuk masuk warung yang menyediakan beragam masakan/makanan khas daerah Banjar Kalsel itu serta menikmati hidangannya.
Warung yang sederhana atau menampakan nuansa alami, dan letaknya cukup strategis karena di tepi jalan raya memang hanya mampu menampung sekitar 150 orang pengunjung, sehingga datang belakangan harus menunggu tempat yang kosong.
Yang membuat pengunjung yang datang belakangan terpaksana harus menerima apa adanya, karena terkadang kalau datang sudah tinggi hari seperti pukul 13.00 wita ke atas beberapa menu masakan/makanan khas daerah Banjar Kalsel tersebut sudah habis.
Sebagaimana penuturan keluarga Hj Nurul asal "kota seribu sungai" Banjarmasin habis pulang dari mudik dan baru masuk warung terebut pukul 13.30 wita menyatakan, terpaksana harus menerima apa adanya menus yang tersedia.
Begitu pula mengenai harga harus terima apa adanya, karena kita memang mau, tanpa memperdulikan ocehan orang lain yang mengatakan makan/minum di warung tersebut mahal, ujar nenek dari dua cucu itu.
Warung yang terletak di Jalan Brigjen TNI Mistar Tjoekroekoesoemo (mantan Gubernur Kalsel) yang menyediakan masakan/makanan khas daerah Banjar itu juga menjadi tempat makan siang para pegawai pada hari-hari kerja.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Pantauan Antara Kalsel, Senin melaporkan, sejumlah rumah makan atau pondok kuliner di "kota idaman" Banjarbaru, sekitar 35 kilometer utara Banjarmasin penuh pengunjung asal berbagai daerah di provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota tersebut.
Namun kuliner yang menjadi buruan warga masyarakat bertahun baru 2018 itu pada umumnya masakan khas daerah Banjar Kalsel, termasuk untuk jenis makanan ringan atau wadai (kue).
Sejumlah masakan/makanan khas daerah Banjar Kalsel itu antara "iwak papuyu baubar" (sejenis ikan batok yang dibakar), "haruan bapanggang" (ikan gabus yang dipanggang), jelawat, lais dan iwak (ikan) baung bapanggang.
Kemudian "sambal acan/samalacan" (sambel trasi) pakai buah bijai (binjai sp) dan atau buah "raman/ramania" (gandaria), serta "cacapan" (asinan untuk mencecah) yang terbuat dari bijai dan atau ramania.
Selain itu, "gangan keladi" (gulai talas), gangan rebung (rebung dari bambu), gangan humbut wan waluh (gulai umbut kelapa muda dan labu merah), serta gangan haliling (gulai sejenis keong sawah).
Sementara makan ringan buat kudapan khas daerah Banjar Kalsel, seperti wadai "gayam" (bubur intalu karuang) yang disebut juga putri mandi atau putri rawon, bubur gunting, bubur baayak, dan bubur rendang (bukan rendang Minang Sumatera Barat).
Sebagai contoh pada salah satu warung makan di Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru yang menyediakan beragaman masakan/makanan khas daerah Banjar Kalsel pengunjungnya ramai dari berbagas RAS.
Mereka seakan berdesak-desakan dan harus sabar mengantre untuk masuk warung yang menyediakan beragam masakan/makanan khas daerah Banjar Kalsel itu serta menikmati hidangannya.
Warung yang sederhana atau menampakan nuansa alami, dan letaknya cukup strategis karena di tepi jalan raya memang hanya mampu menampung sekitar 150 orang pengunjung, sehingga datang belakangan harus menunggu tempat yang kosong.
Yang membuat pengunjung yang datang belakangan terpaksana harus menerima apa adanya, karena terkadang kalau datang sudah tinggi hari seperti pukul 13.00 wita ke atas beberapa menu masakan/makanan khas daerah Banjar Kalsel tersebut sudah habis.
Sebagaimana penuturan keluarga Hj Nurul asal "kota seribu sungai" Banjarmasin habis pulang dari mudik dan baru masuk warung terebut pukul 13.30 wita menyatakan, terpaksana harus menerima apa adanya menus yang tersedia.
Begitu pula mengenai harga harus terima apa adanya, karena kita memang mau, tanpa memperdulikan ocehan orang lain yang mengatakan makan/minum di warung tersebut mahal, ujar nenek dari dua cucu itu.
Warung yang terletak di Jalan Brigjen TNI Mistar Tjoekroekoesoemo (mantan Gubernur Kalsel) yang menyediakan masakan/makanan khas daerah Banjar itu juga menjadi tempat makan siang para pegawai pada hari-hari kerja.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018