Perairan rawa di Mahang Paku, Desa Mahang Matang Landung Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah sangat kaya dengan beragam jenis ikan tawar, wajarlah kawasan perairan ini setiap harinya dikunjungi banyak pemancing baik dari lokal hingga luar daerah.


Pemancing lokal Annor menjelaskan setiap sore hari dirinya bersama warga lainnya dari Banua Hanyar  menyempatkan waktu untuk memancing ikan di rawa Mahang Paku yang terhampar luas dengan pemandangan senja, dihibur deru angin sepoi-sepoi  serta kicauan burung.

Warga Mahang Paku dan sekitarnya dari dahulu senantiasa menjaga keasrian dan kelestarian ekosistem perairan, mereka melarang praktek penyetruman yang mengancam dan mematikan bibit ikan, cara tradisional dan ramah lingkungan menangkap ikan tetap dipegang teguh baik dengan memancing atau maujun, banjur, tampirai, lunta,ringgi, lukah, atau pair haruyan.
 
Dari hasil memancing ikan yang diperoleh mencukupi kebutuhan keluarga, jenis ikan perairan rawa adalah ikan Haruan (Gabus), Papuyu (Betok), Sapat Siam, Sepat Rawa, Lele Lokal, Ikan Patung, dan Belut Sawah dengan menggunakan umpan "kalut" yang diperoleh di alam dan diolah sendiri, kalut adalah jenis umpan yang terbuat dari anakan serangga anai-anai dan diberi sedikit getah karet untuk menyatukan umpan dan terbanyak mampu memancing ikan Papuyu dan Haruan.

"Memang di Pasar Hanyar Barabai banyak pedagang yang menjual beragam jenis umpan ikan dari lebah kararawai, iruwan, urup, tabuan namun sudah tangan ketiga jadi harganya lebih mahal, mending buat sendiri dan umpan kalut dapat bertahan hingga satu minggu,"katanya.

Di Perairan Mancing Mahang Paku terdapat dua buah pohon besar yang dikenal warga sekitar dengan sebutan "pohon kayu kacang", di bawah pohon inilah para pemancing biasanya memarkirkan kendaraan roda duanya serta terdapat pula warung warga yang menyediakan minuman  dan makanan.

Lokasi pancingan di daerah ini ditunjang dengan jembatan yang terbuat dari kayu ulin, sungai-sungai dengan galangan besar serta beberapa perahu yang dapat dipinjam dari warga walaupun begitu banyak pemancing yang lebih memilih berjalan kaki di rawa yang tidak terlalu dalam serta mencari lokasi strategis dan tepat untuk memancing.

Pemancing lainnya Arman, menjelaskan dirinya bahkan sering menempuh perjalanan lebih dari setengah jam untuk menuju lokasi pancing yang kaya ikannya menempuh rawa yang penuh rumput, banyak nyamuk bahkan tak jarang jatuh ke sungai.

"Lokasi pemancingan di rawa Mahang Paku dikenal dengan sebutan handil-handil yang menunjukkan komunitas warga pemilik lahan, bila air dalam bisa dimanfaatkan untuk memancing dan sangat dilarang untuk disetrum dan bila di musim kemarau, handil tersebut akan dipanen ikannya oleh warga pemilik lahan,"katanya.

Untuk menghindari ikan yang didapat tumpah ke air, pemancing membekali dengan wadah "dungkring" yang terbuat dari bambu yang dianyam dengan ikatan rotan atau tali plastik sehingga membentuk segi empat mudah diletakkan dipundak serta ikan dapat bertahan karena dungkring dapat diletakkan di air.

Ditambahkannya ada beberapa lokasi favorit pemancing di rawa Mahang Paku seperti di Awang Mahang, rai enam dan delapan, menuju ke Awang Mahang dapat ditempuh menggunakan roda dua tapi untuk menuju lokasi rai harus berjalan kaki menembus lebatnya rumput rawa walaupun sebagian sudah ada memiliki galangan sementara untuk menghindari sesat di jalan pemancing tetap dapat berpedoman pada pohon besar kayu kacang dapat dapat dilihat walau dari kejauhan. (Fathurrahman/A)

Pewarta:

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012