Pengembangan tanaman jarak pagar sebagai penghasil minyak alternatif di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan masih belum optimal karena terkendala pemasaran.
       
"Tanaman jarak pagar yang dikembangkan sudah menghasilkan hanya saja kesulitan pemasaran sehingga minat masyarakat mulai turun," kata Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan setempat H. Sofyan di Barabai, ibu kota Hulu Sungai Tengah, Jumat.
       
Sofyan menjelaskan, sejak 2007 pemerintah daerah telah mengembangkan tanaman jarak pagar pada lahan seluas 15 hektare di kawasan Gunung Titi, Desa Limpasu, Kecamatan Limpasu.
       
Pemerintah daerah mencanangkan kawasan tersebut sebagai Desa Mandiri Energi berbasis tanaman jarak pagar sebagai penghasil minyak nabati atau "biofuel".
       
Di kawasan tersebut telah dikembangkan 40.000 batang tanaman jarak pagar namun ketika diolah hasilnya tidak dapat menutup biaya operasional, katanya.
       
Sedang untuk menjual biji jarak pagar yang telah dihasilkan juga tidak memungkinkan karena jumlahnya masih sedikit.
       
Pihak perusahaan enggan membeli karena jumlah yang ada tidak sebanding dengan biaya operasional pengiriman.
       
Kondisi itu akhirnya membuat masyarakat banyak yang ingin beralih kepada tanaman karet karena dianggap lebih menghasilkan dan mudah dalam hal pemasaran.
       
"Karena itulah kita saat ini bersama instansi terkait  sedang membahas dan mencari solusi yang tepat terhadap permasalahan itu," katanya.
       
Pemerintah daerah telah membentuk Tim Penguatan Desa Mandiri Energi yang terdiri dinas industri pertambangan dan rnergi, dinas pertanian tanaman pangan dan perkebunan serta dinas kehutanan peternakan dan perikanan.
       
Masing-masing instansi mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda, pencarian investor diserahkan kepada dinas industri pertambangan dan energi, sedang dua instansi lain menangani pengembangan dan budidaya.
       
Pengembangan tanaman jarak pagar dipandang menguntungkan dan dapat menunjang upaya perbaikan ekonomi masyarakat.
       
Hal tersebut didukung sifat tanaman yang mudah tumbuh tanpa perawatan khusus serta masa panen yang cepat yaitu hanya enam bulan.

Pewarta:

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2010