Balangan, (Antaranews Kalsel) -  Taptu dan renungan suci di makam pahlawan merupakan rangkaian tradisi kegiatan nasional yang dilaksanakan sehari sebelum hari kemerdekaan Republik Indonesia, atau pada tanggal 16 Agustus, dan biasanya dilaksanakan pada sore atau malam hari.

Tak banyak dari masyarakat kita yang mengetahui asal muasal kata "taptu" ini dan sejarah terselenggaranya tradisi yang bernuansa patriotisme dengan kegiatan pawai obor yang di ikuti oleh berbagai unsur, mulai dari Polri, TNI, Pejabat, Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun perusahaan, organisasi masyarakat, pelajar, serta lantunan lagu perjuangan lewat tabuhan genderang dari marching band.

Pada kesempatan ini, penulis mencoba untuk memberikan pengetahuan sejarah terlaksananya tradisi taptu sebagai pengetahuan bagi masyarakat yang sering menyaksikan dan tak asing dengan kata taptu tersebut.

Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), taptu /tap·tu/ diartikan dengan tanda (dengan bunyi trompet dan sebagainya) pada malam hari untuk memanggil prajurit supaya pulang ke asramanya, selain itu dapat pula berarti berbaris dengan menggunakan irama musik pada malam hari sambil membawa obor.

Kemudian dalam bahasa Belanda taptoe diserap dari kependekan "doe de tap toe" yang bermakna menutup keran dan dalam makna ini yang dimaksudkan adalah keran minuman bir, dan dalam bahasa Inggris disebut tattoo, meskipun dalam bahasa inggris tersebut bermakna ganda, mulai dari pawai genderang dan bisa pula berarti lukisan di kulit.

Taptu atau Pawai Obor dengan tabuhan genderang:

Dari berbagai tulisan dan artikel mengenai hal tersebut, tradisi taptu disebutkan bermula sekitar abad ke 17, dimana ketika pukul 21.30, para penabuh genderang militer mulai berkeliling ke jalan-jalan, untuk memperingatkan para pemilik bar agar segera menutup keran minuman bir, disebabkan belum semua orang mempunyai jam sebagai penanda waktu.

Dan pada masa itu penerangan sangat minim sekali dan tidak ada senter (sebuah alat listrik portabel yang merupakan sumber cahaya untuk menerangi dan dioperasikan dengan baterai), karena cahaya listrik mulai dimanfaatkan atau digunakan pada abad 19, sehingga cahaya obor merupakan alternatif penerangan untuk jalan maupun penerangan portabel, dan lentera untuk penerangan di dalam ruangan. 

Sehingga ronda atau para militer yang berkeliling memberi peringatan dengan tabuhan genderang dan menggunakan obor sebagai penerangan. Hal tersebut menjadi tanda agar para pemilik bar segera menutup keran bir atau tidak lagi melayani para serdadu.

Sekaligus penanda agar para prajurit atau serdadu yang sedang bersenang-senang di bar-bar yang ada, segera kembali ke barak masing-masing saat mendengar suara peringatan, dan melaksanakan apel malam pada pukul 22.00 sebelum istirahat.

Dari rangkaian kegiatan taptu yang dilaksanakan di Indonesia sendiri, hanya tradisi pawai genderang dan pawai obor yang sebenarnya terserap, tentu saja tanpa maksud yang sama dengan militer Belanda. Karena jelas pada masa perjuangan, para pahlawan kita tidak berada di bar-bar untuk minum dan bersenang-senang, melainkan terus bergerilya, menyusun strategi dan menyimpan tenaga untuk terus mencapai kemerdekaan.

Jika merujuk pada makna pawai genderang dan obor yang sering menjadi rangkaian tradisi kegiatan nasional yang ada di negara kita, kegiatan tersebut tak lain untuk membangkitkan kembali semangat perjuangan masyarakat, semangat Bhineka Tunggal Ika, dan mengenang serta menghormati pengorbanan para pahlawan yang telah berjuang sehingga kita bisa merdeka dari penjajahan.

Oleh karena itu setelah acara taptu atau pawai obor dengan tabuhan genderang marching band, dilanjutkan dengan renungan suci di makam para pahlawan yang telah berjasa besar terhadap kemerdekaan yang kini kita rasakan.

Dan tradisi taptu ini bukan hanya dilaksanakan di Indonesia, ternyata tradisi taptu atau pawai genderang tersebut juga menjadi tradisi memperingati hari-hari besar di negara-negara Eropa, bahkan kini menjelma seperti festival drumband antar negara international.

Diantaranya yang begitu dikenal adalah gelar Royal Nova Scotia International Tattoo, yang mana di ikuti oleh negara Swiss, Belgia, Jerman, Belanda, Norwegia, serta negara lainya. Bahkan di Amerika Serikat Virginia International Tatto di ikuti 850 peserta dari berbagai negara di dunia.

Pewarta: Roly Supriadi

Editor : Roly Supriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017