Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke-72 tahun 2017 atau Agustusan di Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, jalanan tampak lengang, siang Kamis.

Pantauan Antara Kalimantan Selatan (Kalsel) melaporkan, lengangnya jalanan, karena selain hari libur kerja dan sekolah, warga masyarakat banyak terkonsentrasi di lingkungan permukiman masing-masing merayakan Agustusan 2017.

Dalam merayakan Agustusan satu tahun sekali itu, banyak warga masyarakat menggelar aneka ragam perlombaan atas swadaya/gotong royong, seperti lomba membawa kelereng dalam sendok makan, membawa air dalam gelas dan lainnya permainan anak-anak.

Selain itu, bukan saja instansi pemerintah, tetapi ada rukun tetangga (RT) serta perusahaan swasta, seperti perhotelan juga menyelenggran apel peringatan ke-72 Kemerdekaan Indonesia.

Namun yang menarik dan hampir tak pernah ketinggalan/terlupakan setiap Agustusan lomba panjat (naik) pohon pinang dengan beragam hadiah tersedia di atas pohon tersebut, seperti sepeda, baju kaos, payung dan lainnya.

Lomba menaik (memanjat) pohon pinang yang dikelupas dan dikasih air sabun/oli itu umumnya khusus bagi anak-anak laki-laki berumur antara 10 - 15 tahun atau seusia Sekolah Dasar (SD) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Dalam lomba panjat pohon pinang itu makan waktu sekitar dua jam baru bisa menghabiskan hadiah yang tergantung di atas pohon pinang tersebut, karena tidak pernah berhasil sekali naik, tetapi harus berulang-ulang serta memerlukan kekompakan.

Memanjat pohon pinang tersebut dengan cara sendiri-sendiri selalu gagal, kecuali bekerja sama, saling topang menopang baru bisa memetik hasil/mengambil hadiah yang tergantung di atas pohon itu.

Seorang pengamat sosial budaya dan permainan anak-anak di Banjarmasin, Syamsuddin Hasan berpendapat, lomba panjat pohon pinah tersebut filosofi dari sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia harus dengan kebersamaan.

"Sejarah membukti, perjuangan secara sendiri-sendiri atau kelompok-kelompok tertentu saja banyak gagal memerdekakan Indonesia," ujar alumnus Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dan mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Kalimantan Tengah tersebut.

Sebagai contoh perjuangan Pangeran Diponegoro Jawa Tengah, Imam Bonjol Sumatera Barat, Sultan Hasanuddin Sulawesi Selatan, serta Perang Banjar pimpinan Pangeran Antasari tidak membuah hasil ketika itu.

Namun dengan jiwa dan semangat Kebangkitan Nasional, serta Sumpah Pemuda 1928 dengan persatuan dan kesatuan, atas rahmat Allah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa, Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945.

Contoh lain, tutur laki-laki yang sudah berusia 70 tahun itu, untuk mendapatkan anugrah Adipura, lambang sumpermasi kebersihan sebuah kota tidak bisa mengandalkan ego masing-masing pihak, tanpa kebersamaan.

Begitu pula permainan lomba panjat pohon pinang harus dengan bergotong-royong menggunakan prinsip peribahasa "berat sama dipikul, ringan sama dijinjing" karena kalau maunya sendiri-sendiri sulit mencapai hasil, demikian Syamsuddin Hasan.

Pewarta: Sukarli

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017