Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Pengusahaan budidaya rumput laut di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan masih terkendala pemasaran dari produk komoditas tersebut.

Anggota Komisi II Bidang Ekonomi dan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Selatan (Kalsel) Ronie Fahmi Rais mengemukakan itu di Banjarmasin, Rabu.

Padahal, menurut wakil rakyat asal daerah pemilihan (dapil) Kalsel VI/Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu (Tanbu) tersebut, di wilayah timur provinsi itu cukup potensial untuk pengusahaan dan pengembangan rumput laut.

Sebagai contoh di perairan laut Kotabaru yang berbatasan Laut Sulawesi, Selat Makassar dan Laut Jawa (Laut Indonesia) produksi rumput laut per bulan bisa mencapai ratusan ton.

Sementara pabrik pengolahan rumput laut yang ada di "Bumi Sa-ijaan" Kotabaru baru dengan kapasitas produk sekitar 70 ton, tutur wakil rakyat dari Partai NasDem tersebut.

Oleh sebab itu, dia juga mengharapkan, penambahan atau peningkatan kapasitas pabrik pengolahan rumput laut di Kotabaru guna mengurangi keluhan masyarakat yang melakukan usaha budidaya komoditas dari sumberdaya kelautan itu.

Putra mantan orang nomor satu jajaran pemerintahan kabupaten (Pemkab) tersebut menerangkan, sentra budidaya rumput laut di Kotabaru, antara lain Teluk Tamiang jumlahnya lebih dari 2.000 kepala keluarga.

Usaha budidaya rumput laut di Kotabaru ada yang secara khusus pada komoditas tersebut, dan ada pula merupakan usaha sampingan, selain melaut (menangkap ikan di laut).

"Mengenai harga jual rumput laut pada tingkat petani/pembudidaya, dia mengatakan, hal tersebut cukup bervariasi, tergantung kualitas dari komoditas tersebut, yaitu per kilogram berkisar antara Rp5.000 sampai Rp11.000 atau lebih.

"Misalnya untuk kualitas jelek hanya sekitar Rp5.000/kg, sedang sekitar Rp7.000/kg dan kualitas baik Rp11.000/kg," demikian Ronie Fahmi Rais.

Pewarta: Syamsudin Hasan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017