Arab Saudi memperingatkan potensi konsekuensi berbahaya dari eskalasi militer Israel yang sedang berlangsung di Lebanon, serta menyerukan gencatan senjata segera.


Berpidato di hadapan Sidang ke-79 Majelis Umum PBB di New York, Sabtu (28/9), Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menyerukan agar stabilitas dan kedaulatan Lebanon dipertahankan sesuai hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB.

“Tidak adanya akuntabilitas dan hukuman meskipun Israel terus-menerus melanggar hukum internasional dan hukum humaniter, mendorong eskalasi lebih lanjut,” ujarnya.

Bin Farhan memperingatkan bahwa eskalasi tidak akan membawa keamanan atau stabilitas bagi pihak mana pun.

“Sebaliknya, hal itu menandakan konsekuensi berbahaya dan meningkatkan skala kekerasan dan perang serta semakin mengancam keamanan dan stabilitas kawasan,” katanya.

Dia mengatakan Saudi turut bergabung dalam upaya internasional untuk mendesak gencatan senjata segera di Lebanon, guna membuka jalan bagi resolusi diplomatik yang berkelanjutan.

AS, Uni Eropa, dan beberapa negara lain juga telah menyerukan gencatan senjata sementara antara Israel dan kelompok Lebanon, Hizbullah, untuk memfasilitasi upaya diplomatik.

Tentara Israel menggempur Lebanon sejak 23 September, hingga menewaskan sedikitnya 816 korban dan melukai lebih dari 2.500 orang, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.

Hizbullah dan Israel terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.600 korban, menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu ke Israel.

Masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat meningkatkan konflik Gaza yang sedang berlangsung menjadi perang regional yang lebih luas.

Sumber: Anadolu

Baca juga: PA: Penyelesaian isu Palestina kunci masa depan Timur Tengah
Baca juga: Ribuan orang di Australia serukan gencatan senjata di Gaza dan Lebanon

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono





 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024