Kementerian Kesehatan mengatakan surveilans untuk menemukan kasus Mpox atau cacar monyet terus berjalan dan mereka melibatkan kelompok pendamping HIV guna mencari lebih lanjut.
Dalam siaran Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Jakarta, Rabu, Kepala Tim Kerja Penyakit Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan Endang Burni Prasetyowati mengatakan, dalam situasi Mpox terkini ditemukan bahwa dari 88 persen kasus di Indonesia, kondisi penyerta yang paling banyak ditemukan adalah HIV serta sifilis.
"Nah ini, penemuan kasus ini jadi mix ya Bapak-Ibu sekalian, ditemukan di klinik HIV, dia memang sudah sebagai pasien HIV, rutin dengan minum obat, kemudian berobat dengan gejala Mpox. Jadi ada lesi dan kemudian kita curiga ke arah Mpox dan kemudian dilakukan pemeriksaan spesimen dan kemudian terbukti bahwa kasus tersebut terinfeksi oleh Mpox," katanya.
Endang mengatakan, dari keseluruhan penderita Mpox itu, 60 persen merupakan laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki (LSL), dan 96,5 persen adalah laki-laki. Selain itu, yang paling banyak adalah usia-usia produktif, antara 30-39, namun ada juga yang berusia di atas 50 tahun.
"Nah ada tiga yang perempuan, tapi ini ada dua yang memang tertular dari suaminya, kemudian yang satu ini belum mengaku di dalam wawancaranya," kata Endang.
Dia menuturkan, meskipun 97 persen kasus Mpox bergejala, 3 persen asimptomatis, sehingga perlu dilakukan pencarian melalui kontak erat. Meskipun asimptomatik, katanya, tetap dilakukan pemeriksaan spesimen sesuai panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Namun demikian, katanya, melakukan pencarian kontak erat untuk cacar monyet memiliki kesulitan tersendiri, mengingat penderita paling banyak adalah LSL. Sehingga, katanya, untuk membangun kepercayaan, mereka bekerja sama dengan kelompok pendamping HIV.
"Dari 88 ini semuanya sembuh, dan memang tidak semua itu dilakukan perawatan di rumah sakit, jadi apabila memang lesinya itu tidak terlalu banyak, kemudian juga kondisi penyertanya tidak terlalu berat, maka bisa dilakukan isolasi secara mandiri di rumah," katanya.
Hal itu, ujarnya, dapat dilakukan apabila kondisi rumahnya itu memungkinkan pasien tersebut melakukan isolasi secara mandiri. Tetapi apabila memang ada kondisi pemberat dan harus diberikan obat, maka dilakukan perawatan di rumah sakit.
Dia mengatakan, karena Mpox adalah penyakit yang baru, maka pemahaman publik masih minim, sehingga sosialisasi perlu digencarkan melalui mitra-mitra kunci. Selain sosialisasi, katanya, mereka juga dapat membantu dalam penemuan kasus.
"Mpox ini, meskipun tadi secara kurva epidemiologi kasusnya sudah menurun, tetapi kita tetap harus meningkatkan kewaspadaan mengingat situasi di kurva seperti masih ada kenaikan kasus," katanya.
Baca juga: BRIN sebut Mpox varian Clade Ib miliki tingkat penularan lebih cepat
Baca juga: BRIN ingatkan disiplin protokol kesehatan cegah penularan cacar monyet
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Riza Mulyadi
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024