Rantau,  (Antaranews Kalsel) - Bupati Tapin, Kalimantan Selatan Arifin Arpan mengatakan Pemerintah Kabupaten Tapin bersama dengan perusahaan tambang PT Antang Gunung Meratus (AGM) sangat serius mengembangkan Ekowisata Bekantan dengan mengembangkan infrastruktur di lokasi wisata itu.

Bupati yang melakukan kunjungan ke kawasan Ekowisata Bekantan di Desa Lok Buntar, Kecamatan Tapin Selatan, Selasa, mengatakan pihaknya telah menyiapkan dana APBD sebesar Rp5,5 miliar untuk pembebasan lahan dan pembangunan jalan masuk ke lokasi ekowisata ini.

Pemerintah, kata dia, bersama berbagai elemen masyarakat atau kelompok pecinta lingkungan akan terus mengembangkan lokasi seluas 90 hektare tersebut sebagai lokasi yang nyaman untuk berkembangbiak primata khas Kalimantan tersebut.

"Bekantan di beberapa daerah di Kalimantan terancam punah, akibat kondisi kawasan tempat mereka hidup rusak, sehingga kami berupaya untuk melindungi binatang berhidung panjang tersebut," katanya lagi.

Menurut dia, Banjarmasin telah mampu membangun maskot berupa patung bekantan yang cukup besar, maka Tapin akan menjadi lokasi konservasi bekantan, sehingga wisatawan bisa melihat secara langsung bekantan hidup, bukan hanya sekadar patungnya.

"Jangan sampai orang bertanya, ada patungnya, mana bekantannya, maka Tapin yang siap melindungi bekantan," kata Bupati yang kini getol mengembangkan sektor pertanian tersebut.

Kawasan yang mulai dikelola 2014 itu, kini terus ditanami dengan aneka tumbuhan, khususnya jenis yang bisa dijadikan bahan makanan bekantan, seperti penanaman puluhan pohon oleh PT AGM, Bupati Tapin Arifin Arpan dan Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia Kalsel, Selasa (10/1).

"Sejak 2012, kami sudah melakukan penananam pohon, tetapi begitu tumbuh pucuk pohon langsung dimakan bekantan. Tak hanya itu, pohon banyak yang mati akibat kebakaran lahan tahun 2015," kata Bupati didampingi Budi Karya selaku Manager Eksternal PT AGM.

Pada penanaman pohon yang juga diikuti Sekdakab Rahmadi dan Kepala Dinas LHD Tapin Zain Ariffin, Bupati juga mengapresiasi perusahaan batu bara PT AGM yang telah membangun ekowisata yang menelan dana tidak sedikit.

Pengembangan kawasan ekowisata tersebut, juga bekerja sama dengan ahli dari IPB Ali Kodra.

Berdasarkan penelitian Ali Kodra, di lokasi ekowisata itu terdapat sebanyak 72 jenis satwa, salah satunya bekantan untuk diselamatkan.

Bekantan yang kini berada di lokasi tersebut, sekitar 200 ekor. Rencananya PT AGM akan membangun mes dan gazebo serta terminal untuk menyambut pengunjung.

Manager Eksternal CSR PT AGM Budi Karya menambahkan, rencananya ekowisata sudah dibuka dan dapat dikunjungi untuk umum, namun karena berbagai kendala untuk mengembangkan lokasi tersebut, rencana tersebut menjadi mundur.

"Yang pasti untuk sementara ekowisata itu formatnya tidak ada interaksi dengan pengunjung, namun hanya dapat dilihat dari jauh," katanya pula.

Saat ini, pengelolaan lokasi tersebut, sepenuhnya masih ditangani oleh perusahaan hingga selesai pembangunan dan pengembangannya.

Ketua Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia Provinsi Kalsel Denny Susanto mengingatkan, setiap kegiatan pembangunan punya sisi negatif dan positif yang tidak bisa dihindari, kendati semua bertujuan baik.

Tugas semua pihak untuk meminimalkan pengaruh buruk itu, antara lain melalui restorasi lahan. Upaya PT AGM melakukan restorasi lahan di kawasan Rawa Muning salah satunya.

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017