Jakarta, (Antaranews Kalsel) - Pergerakan nilai tukar rupiah menguat setelah aksi pelaku pasar yang melepas dan mengambil untung dari instrumen dolar AS pada Kamis ini, serta sentimen positif ekonomi domestik akibat data inflasi 2016 dan kemajuan program amnesti pajak, kata seorang analis.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Kamis, mengatakan sebenarnya pengumuman kenaikan data manufaktur AS dalam Manufacturing Purchasing Manager's Index(PMI) ke level 54,7 dari sebelumnya 53,6 telah memberikan sentimen positif pada dolar AS, namun pelaku pasar juga memanfaatkan itu untuk aksi "profit taking" (ambil untung) dari instrumen dolar AS.

Di sisi lain, pelaku pasar juga banyak melepas dolar AS karena menanti risalah notulen rapat bank sentral AS (The Fed) dan data tenaga kerja AS di akhir pekan pertama Januari 2016 ini.

"Rupiah pun dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk menguat sebagai dorongan tambahan selain dari rilis inflasi sebelumnya yang dinilai stabil dan masih adanya kemajuan dari pelaporan tax amnesty meski belum signifikan," kata dia.

Rilis inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mengumumkan inflasi pada 2016 berada di 3,02 persen secara tahunan atau lebih rendah dibanding 2015 yang berada di 3,35 persen.

Sementara program amnesti pajak hingga 2 Januari 2017 menghasilkan uang tebusan mencapai Rp107 triliun atau sekitar 64,8 persen dari target Rp165 triliun.

Sedangkan dana repatriasi hingga 27 Desember 2016 sebesar Rp89,6 triliun, atau baru sekitar 62 persen dari total komitmen repatriasi wajib pajak sebesar Rp141 triliun.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.370 dibandingkan Rabu (4/1) Rp13.478
   
Di pasar antarbank Kamis sore, nilai tukar rupiah juga bergerak menguat sebesar 90 poin menjadi Rp13.360, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.450 per dolar AS./f

Pewarta: Indra Arief Pribadi

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017