Banjarmasin, 31/12 (Antara) - Vila objek wisata alam permandian air panas Tanuhi Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, atau berada di kawasan Pegunungan Meratus habis terpesan dalam liburan akhir 2016 dan tahun baru 2017.

"Bahkan pesanan vila permandian air panas Tanuhi sejak sebulan lalu," ujar petugas pada objek wisata alam kawasan Meratus tersebut, Suedi di Kandangan (sekitar 135 kilometer utara Banjarmasin), ibukota Hulu Sungai Selatan (HSS), Sabtu.

Ia menerangkan, pemesan vila Tanuhi (sekitar 160 kilometer utara Banjarmasin atau 25 kilometer dari "kota dodol" Kandangan) itu bukan penduduk setempat, tetapi mereka dari kabupaten lain, bahkan ibukota Kalsel untuk menikmati sejuknya hawa pegunungan.

Selain itu, untuk melepaskan rasa penat, berlibur bersama keluarga sambil mendengarkan gemercik air Sungai Amandit yang melewati jeram dan bebatuan, serta bunyi suara satwa, seperti jengkrek dan belalang pada malam hari.

Di antara pengunjung objek wisata tirta permandian air panas Tanuhi yang bisa terjangkau dengan kendaraan bermotor roda empat itu mau menginap menghabiskan masa liburan akhir/awal tahun (31 Desember 2016/ 2 Januari 2017).

Pengawai Dinas Pariwisata HSS tersebut mengaku, pemerintah kabupaten (Pemkab) setempat menambah vila di permandian air panas Tanuhi yang baru tersuhur sejak sekitar "dwi dasa warsa" (20 tahun) lalu itu.

"Memang ada rencana Pemkab HSS untuk menambah vila permandian air panas Tanuhi dan pengembangan kawasan objek wisata tirta tersebut," ujarnya menjawab Antara Kalsel lewat telepon selular (telepon genggam/hp).

Sedangkan tarif untuk menginap per malam di vila permandian air panas Tanuhi itu bervariasi dari Rp385.000 sampai Rp440.000/buah terdiri dua kamar bawah dan atas, sesuai peraturan daerah (Perda) HSS yang tanpa perubahan sampai saat ini.

Bagi pengunjung yang cuma mau berekreasi atau mandi-mandi di kolam air panas Tanuhi (tanpa menginap) tarip masuk kawasan tersebut Rp2.500/orang.

Kawasan Loksado itu, juga terdapat objek wisata alam berupa air terjun "Kilat Api" dan "Haratai" serta objek wisata adat-budaya komunitas masyarakat terasing.

Selain itu, cocok untuk wisata petualangan, dan menyediakan uji nyali atau keterampilan dengan naik rakit bambu (bamboo rafting) menelusuri Sungai Amandit.

"Pada liburan akhir/awal tahun (2016/2017) juga ada hiburan musik dangdut, namun pertunjukannya cuma siang hari, guna menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan bersama," demikian Suedi.

Pewarta: Sukarli

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017