Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - "Srikandi" Partai Golkar Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Hj Syarifah Santiyansyah ingin lebih memajukan daerahnya tersebut sehingga bisa mengejar daerah lain yang sudah lebih maju.

Keinginan Andi ltu disampaikan saat menjawab pertanyaan Antara Kalimantan Selatan (Kalsel) di Banjarmasin, Selasa.

Perempuan berdarah bangsawan Bugis dan keturunan Arab itu berharap, dengan perjuangannya lewat Partai Golkar dapat lebih memajukan kabupaten yang baru berdiri tahun 2003 dan menggunakan motto daerah bersifat religi, yaitu "Bersujud" tersebut.

Pasalnya, lanjut mantan anggota DPRD Tanbu yang kini anggota DPRD Kalsel tersebut, slogan Partai Golkar yaitu "suara Golkar - suara rakyat" berarti aspirasi rakyat harus menjadi perhatian keluarga besar "beringin" yang menempati kedudukan penting atau strategis.

Sementara "Bumi Bersujud" Tanbu yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Kotabaru, Kalsel memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) yang cukup potensial sebagai salah satu modal untuk memajukan pembangunan daerah dan masyarakat setempat.

"Oleh sebab itu, tidak salah kalau saya berobsisi untuk lebih memajukan Tanbu yang baru berusia 13 tahun delapan bulan," ujar perempuan pertama yang memegang kepimpinan Partai Golkar di Kalsel/provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota.

Mengenai strategi ke depan, dia menyatakan siap menjadi orang nomor satu di jajaran pemerintah kabupaten (Pemkab) Tanbu bila Partai Golkar menginginkan dan mempercayai.

"Dengan orang nomor satu di jajaran Pemkab Tanbu, kemungkinan bisa lebih banyak berbuat untuk memajukan daerah dan masyarakat setempat," tutur wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel VI/Kabupaten Kotabaru dan Tanbu bergelar sarjana hukum itu.

Walau sebagai kabupaten termuda di provinsi ini atau Hari Jadi (Harjad) pemkabnya bersamaan dengan Kabupaten Balangan, Kalsel, yaitu April 2003, dia optimistis Tanbu akan terus maju dan melaju dalam pembangunan.

"Apalagi Tanbu berada pada posisi strategis di jalan trans Kalimantan lintas timur Kalsel yang menghubungkan dengan provinsi tetangga Kalimantan Timur (Kaltim) serta mempunyai akses dengan daerah hulu sungai atau `Banua Anam` Kalsel," ujarnya.

Begitu pula Tanbu memiliki sarana dan prasarana perhubungan laut dan udara, antara lain dengan keberadaan Pelabuhan Batulicin (260 kilometer timur Banjarmasin) yang bisa berfungsi sebagai pelabuhan samudera, serta Bandara Bersujud Batulicin, demikian Andi Nene.

Banua Anam Kalsel meliputi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Utara (HSU) Balangan dan Kabupaten Tabalong, yang juga memiliki kekayaan SDA cukup beragam serta pontensial.

Akses Banua Anam dengan Batulicin, ibukota Tanbu lebih dekat bila dibandingkan dengan ke Banjarmasin, yaitu hanya sekitar 75 kilometer lewat Lumpangi HSS (dari Kandangan, ibukota HSS - Batulicin).

Sedangkan jarak terdekat Banua Lima dengan Banjarmasin, hanya kota Rantau (ibukota Tapin) sekitar 117 kilometer dan terjauh dari ibukota provinsi Kalsel tersebut yaitu kota Tanjung, ibukota Tabalong (sekitar 236 kilometer).

Menanggapi keinginan adik kandung H Sayed Jafar Al Idrus (kini Bupati Kotabaru, Kalsel), mantan Ketua DPRD Tanbu H Burhanuddin menyatakan, hal tersebut wajar-wajar saja dan hak setiap orang untuk maju.

"Terlebih Ande Nene itu termasuk perempuan yang cukup cekatan dan berpengetahuan, serta mempunyai finansial yang memadai, sehingga wajar berobsisi ingin memajukan Tanbu lebih maju lagi," ujar Burhanuddin, kini juga anggota DPRD Kalsel dari dapil yang sama.

Selain itu, perempuan asal Tanbu tersebut masuk keturunan dari raja-raja di daerah Batulicin atau pesisir timur Kalsel tempo dulu, sehingga wajar pula yang bersangkutan mau membangun daerah leluhur supaya lebih maju lagi

       

Pewarta: Sukarli

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016