Amerika Serikat dibuat frustrasi oleh tindakan Israel di Jalur Gaza dan berharap negara Zionis itu memenuhi komitmennya untuk menghentikan ancaman kepada warga sipil di wilayah kantung itu dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke sana.

Hal ini disampaikan Penasehat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby dalam wawancara dengan saluran berita ABC pada Minggu.

“... hal ini menunjukkan tingkat frustrasi yang semakin besar yang kami alami terhadap cara pelaksanaan operasi ini dan cara Israel bertindak di lapangan sehubungan dengan jatuhnya korban sipil. Jadi kami semakin frustrasi," kata Kirby.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meyakinkan Presiden AS Joe Biden bahwa Israel akan memenuhi permintaan AS, tambah Kirby.

Baca juga: Pemerintah Biden desak Kongres AS setujui penjualan jet F-15 ke Israel
Baca juga: Tentara Israel sengaja tembaki warga Palestina yang kumpulkan bantuan

"Kita harus melihat...jika mereka benar-benar memenuhi komitmennya dari waktu ke waktu dengan cara yang berkelanjutan dan dapat diverifikasi sehingga kepercayaan dapat dipulihkan, tidak hanya antara pekerja bantuan dan IDF (angkatan bersenjata Israel], tetapi juga antara masyarakat Gaza dan Israel,” kata Kirby.

Di hari yang sama, Kirby mengatakan kepada CBS News bahwa Washington masih belum melihat bukti bahwa Israel melanggar hukum humaniter internasional selama operasi militernya di Jalur Gaza.

Pada 1 April, tujuh pekerja bantuan dari World Central Kitchen yang berasal dari Australia, Polandia, Inggris, Palestina dan seorang warga negara ganda AS dan Kanada terbunuh dalam serangan Israel di Jalur Gaza. Akibatnya, organisasi kemanusiaan itu menangguhkan operasinya di wilayah itu setelah insiden mematikan tersebut.

Baca juga: Post: AS setuju jual ribuan bom ke Israel ketika tujuh relawan tewas
Baca juga: Hampir 200 pekerja kemanusiaan di Palestina terbunuh sejak Oktober


Sumber: Sputnik

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: M Razi Rahman

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024