Tual, 26/10 (Antara) - Tiga replika patung pahlawan nasional Karel Satsuit Tubun dari Maluku Tenggara akan kembali dipamerkan kepada publik, di Ohoi Rumadian, desa kelahirannya.
Kei Manyeuw Indonesia Tour & Travel Package dan pemerintah Kecamatan Manyeuw selaku penyelenggara pameran menyatakan, replika patung Karel Satsuit Tubun itu dipamerkan atas desakan masyarakat Maluku Tenggara dan Kota Tual.
"Tiga relika patung ini dipamerkan saat puncak acara Festival Pesona Meti Kei tanggal 22 Oktober kemarin dan menyedot perhatian masyarakat luas termasuk wisatawan," kata Antonius Tony Watratan, pencipta sekaligus desain artistik yg merancang tiga replika patung tersebut, di Tual, Rabu.
Ia menyatakan, atas desakan masyarakat termasuk para wartawan media lokal dan nasional yang meliput saat itu, maka pamerannya akan dibuka lagi di Ohoi Rumadian.
Rencananya, pamaren bertema "Selamat Datang di Negeri Pahlawan Revolusi Aip II Anumerta Karel Satsuit Tubun" itu dibuka pada Sabtu dan Minggu, 30-31 Oktober 2016.
Replika patung sang pahlawan dibuat dalam tiga jenis, satu mengenakan PDUP (pakaian dinas upacara), dan dua lainnya mengenakan PDL (pakaian dinas lapangan).
Menurut Antonius, untuk membuat patung-patung itu ia menggunakan tiga orang siswa dari SMA Negeri di Kei Kecil sebagai model.
"Untuk mendapatkan tiga siswa yang dinilai memiliki karakter seperti Karel Satsuitubun dilakukan seleksi selama satu minggu, melibatkan sedikitnya 120 siswa," katanya.
Ia menyatakan, atas bantuan Ali Banyal, guru SMA Negeri 2 Kei, dan Cathalia Tohata, guru SMA Negeri 1 Kei Kecil, akhirnya terpilih tiga orang sebagai model terbaik, satu di antaranya Laurensius Rentanubun, anggota Paskibraka Nasional pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2016 di Istana Negara.
Anthonius menambahkan, alasan dirinya menggunakan tiga siswa sebagai model patung Karel Satsuit Tubun adalah untuk menanamkan sifat-sifat kepahlawanan dalam diri generasi muda Maluku Tenggara dan Kota Tual.
"Jadi yang terpilih itu kami nilai bisa mewakili pemuda energik dan heroik serta memiliki nasionalisme tinggi," katanya.
Karel Satsuit Tubun atau disebut juga K.S Tubun termasuk pahlawan yang ikut menjadi korban peristiwa G30S PKI pada 1965.
Dia dilahirkan tanggal 14 Oktober 1928, dan dijadikan Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965 dengan Keppres No. 114/KOTI/1965.
Pada 1941 Karel lulus dari Sekolah Dasar dan langsung mendaftarkan diri di Kepolisian. Setamat mengikuti pendidikan kepolisian, Karel diangkat menjadi polisi dengan pangkat AIP (Agen Polisi Tingkat) II dan kemudian ditempatkan dalam kesatuan Brigade Mobil (Brimob) di Ambon.
Setelah dimutasi ke Jakarta, Karel ikut operasi militer Pembebasan Irian Barat dari Belanda. Ia lalu diberi tugas mengawal kediaman wakil perdana menteri Dr. J. Leimana yang membuat pangkatnya naik menjadi Brigadir Polisi.
Karel Satuit Tubun tewas dalam baku tembak dengan gerombolan yang akan menculik Jenderal A.H Nasution, yang tempat tinggalnya bersebelahan dengan kediaman Waperdam J. Leimena.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
Kei Manyeuw Indonesia Tour & Travel Package dan pemerintah Kecamatan Manyeuw selaku penyelenggara pameran menyatakan, replika patung Karel Satsuit Tubun itu dipamerkan atas desakan masyarakat Maluku Tenggara dan Kota Tual.
"Tiga relika patung ini dipamerkan saat puncak acara Festival Pesona Meti Kei tanggal 22 Oktober kemarin dan menyedot perhatian masyarakat luas termasuk wisatawan," kata Antonius Tony Watratan, pencipta sekaligus desain artistik yg merancang tiga replika patung tersebut, di Tual, Rabu.
Ia menyatakan, atas desakan masyarakat termasuk para wartawan media lokal dan nasional yang meliput saat itu, maka pamerannya akan dibuka lagi di Ohoi Rumadian.
Rencananya, pamaren bertema "Selamat Datang di Negeri Pahlawan Revolusi Aip II Anumerta Karel Satsuit Tubun" itu dibuka pada Sabtu dan Minggu, 30-31 Oktober 2016.
Replika patung sang pahlawan dibuat dalam tiga jenis, satu mengenakan PDUP (pakaian dinas upacara), dan dua lainnya mengenakan PDL (pakaian dinas lapangan).
Menurut Antonius, untuk membuat patung-patung itu ia menggunakan tiga orang siswa dari SMA Negeri di Kei Kecil sebagai model.
"Untuk mendapatkan tiga siswa yang dinilai memiliki karakter seperti Karel Satsuitubun dilakukan seleksi selama satu minggu, melibatkan sedikitnya 120 siswa," katanya.
Ia menyatakan, atas bantuan Ali Banyal, guru SMA Negeri 2 Kei, dan Cathalia Tohata, guru SMA Negeri 1 Kei Kecil, akhirnya terpilih tiga orang sebagai model terbaik, satu di antaranya Laurensius Rentanubun, anggota Paskibraka Nasional pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2016 di Istana Negara.
Anthonius menambahkan, alasan dirinya menggunakan tiga siswa sebagai model patung Karel Satsuit Tubun adalah untuk menanamkan sifat-sifat kepahlawanan dalam diri generasi muda Maluku Tenggara dan Kota Tual.
"Jadi yang terpilih itu kami nilai bisa mewakili pemuda energik dan heroik serta memiliki nasionalisme tinggi," katanya.
Karel Satsuit Tubun atau disebut juga K.S Tubun termasuk pahlawan yang ikut menjadi korban peristiwa G30S PKI pada 1965.
Dia dilahirkan tanggal 14 Oktober 1928, dan dijadikan Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965 dengan Keppres No. 114/KOTI/1965.
Pada 1941 Karel lulus dari Sekolah Dasar dan langsung mendaftarkan diri di Kepolisian. Setamat mengikuti pendidikan kepolisian, Karel diangkat menjadi polisi dengan pangkat AIP (Agen Polisi Tingkat) II dan kemudian ditempatkan dalam kesatuan Brigade Mobil (Brimob) di Ambon.
Setelah dimutasi ke Jakarta, Karel ikut operasi militer Pembebasan Irian Barat dari Belanda. Ia lalu diberi tugas mengawal kediaman wakil perdana menteri Dr. J. Leimana yang membuat pangkatnya naik menjadi Brigadir Polisi.
Karel Satuit Tubun tewas dalam baku tembak dengan gerombolan yang akan menculik Jenderal A.H Nasution, yang tempat tinggalnya bersebelahan dengan kediaman Waperdam J. Leimena.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016