Rio de Janeiro, (Antaranews Kalsel) - Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Persatuan Bulu  Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Rexy Mainaiky mengakui kaderisasi tunggal putri masih berjalan lambat sehingga pada Olimpiade 2016 ini Indonesia tidak bisa menunjukkan eksistensinya di nomor ini.

"Tapi untuk kembali memiliki pemain-pemain andalan di tunggal putri seperti era Susi Susanti dan Mia Audina, butuh proses dan tidak bisa instan," kata Rexy di Rio de Janeiro, Brazil, Kamis.

Ia berharap lapisan pemain muda tunggal putri di bawah Lindaweni, seperti Gregoria Mariska, Hana Ramadhini dan Fitriyani bisa terus diasah kemampuannya, dengan lebih sering mendapat kesempatan bertanding di turnamen-turnamen tingkat internasional.

Rexy sendiri belum berani menjanjikan pemain lapis kedua tersebut bisa lolos dan siap untuk Olimpiade berikutnya di Tokyo tahun 2020, karena perlu perlu ada proses.

Diharapkan menjelang Olimpiade berikutnya tersebut, secara bertahap akan muncul pemain-pemain tunggal putri yang bisa mendekati persaingan di tingkat atas, untuk menggantikan Lindaweni yang hingga saat ini prestasi masih sulit naik.

Lindaweni, peringkat 25 dunia, yang  menjadi satu-satunya tunggal putri  Indonesia pada Olimpiade 2016, tersisih pada babak penyisihan grup setelah menelan dua kali kekalahan dan tidak pernah menang.

Selain Lindaweni, Rexy dalam Olimpiade 2016 ini  juga menyoroti kegagalan Hendra Setiawan/M Ahsan pada tunggal putra.

"Seharusnya Hendra Setiawan dan Ahsan dapat mengatasi tekanan dalam pertandingan berat seperti di Olimpiade ini, karena sebenarnya level mereka sudah cukup tinggi, dan mereka sudah pernah ikut Olimpiade sebelumnya," kata peraih emas ganda putra Olimpiade 1996 itu.

Sementara itu untuk tunggal putra, Rexy optimistis pemain-pemain muda di bawah Tommy Sugiarto seperti Ihsan Maulana Mustofa dan Jonatan Christie  akan siap dalam empat tahun kedepan./f

Pewarta: Teguh Handoko

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016