Kandangan,  (Antaranews Kalsel) - Petani di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Provinsi Kalimantan Selatan berhasil mengembangkan pertanian hortikultura bawang merah, cabai, tomat, dan berbagai tanaman sayur-mayur lainnya beromzet hingga puluhan juta rupiah.

Petani hortikultura itu, Sapwan (46) di Kandangan, Kamis, mengatakan dirinya mencoba mengembangkan berbagai macam hortikultura tersebut sejak 2009, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kalsel.

"Ternyata hasilnya luar biasa, apa pun yang kami coba untuk dikembangkan di daerah ini, hasilnya mampu meningkatkan kesejahteraan hidup kami," katanya lagi.

Saat ini hampir 70 persen kebutuhan pokok di Kalsel dipenuhi dari provinsi lain, seperti Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, seperti bawang merah, sayur-mayur, dan kebutuhan lainnya.

Kondisi tersebut terjadi karena sebagian petani hanya fokus mengembangkan pertanian padi dan perkebunan karet saja, sedangkan untuk sayur-mayur dan tanaman hortikultura belum terlalu diminati.

Tingginya bahan pangan yang didatangkan dari luar daerah tersebut, membuat Kalsel menjadi salah satu provinsi yang cukup rentan terjadi inflasi.

Guna mengatasi hal tersebut, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah, berusaha mengembangkan sistem klaster untuk menurunkan tingkat inflasi, antara lain dengan mengembangkan bawang merah, cabai, tomat, dan lainnya.

Upaya tersebut kini mulai membuahkan hasil, para petani di beberapa kabupaten di Kalsel, mulai mengembangkan tanaman sayur-mayur dan buah-buahan, antara lain melon dan lainnya.

Menurut Sapwan, kini dirinya fokus mengembangkan bawang merah yang sejak beberapa tahun terakhir telah menghasilkan panen yang cukup bagus.

Sapwan mengungkapkan, saat ini dia mencoba mengembangkan tanaman bawang merah dengan sistem menabur benih atau biji, tidak seperti sebelumnya dengan sistem menanam umbi.

"Ternyata menanam bawang merah dengan sistem biji, jauh lebih bagus dan menguntungkan dari pada menanam dengan sistem umbi, selain itu dengan sistem biji ini juga lebih tahan hama," katanya lagi.

Petani yang sebelumnya juga berpengalaman menanam tomat, cabai, timun, kacang, dan beragam komiditas lainnya ini mengungkapkan, bawang merah dari masa semai biji hingga panen, memerlukan waktu sekitar seratus hari.

Menurut dia, bibit bawang merah tersebut dibeli dari Purwakarta dengan takaran satu kilogram bibit untuk luasan 10 borongan, dan hasilnya sangat memuaskan.

"Sistem penanaman bawang merah melalui biji, membuat tanaman bawang akan lebih tahan hama penyakit dan irit biaya," katanya pula.

Menanam bawang merah dengan umbi, ujar dia, diperlukan bibit untuk satu hektare sebanyak satu ton umbi bawang, satu kilogram umbi bibit bawang merah seharga Rp60 ribu, sehingga untuk keperluan tanam satu hektare diperlukan satu ton umbi atau senilai Rp60 juta.

"Sedangkan harga bibit bawang merah biji hanya Rp1,6 juta per kilogram," katanya lagi.

Kelemahan bibit bawang merah umbi, ujar dia, pada saat usim hujan, tanaman bawang merah rentan terkena hama penyakit ketimbang menanam dengan biji.

Sayangnya, kata dia, sebagian besar petani bawang merah di daerahnya kini memilih menggunakan bibit dengan umbi daripada biji, karena umur panen yang cepat yaitu dua bulan sepuluh hari.

Sedangkan untuk masa panen bawang untuk dengan biji, sedikit lebih lama, yaitu tiga bulan setelah ditanam, sehingga bila dihitung-hitung hasil keuntungannya jauh lebih banyak dengan menggunakan biji daripada umbi.

Saat ini, ayah tiga anak tersebut, dibantu tiga pekerja lokal dengan luasan lahan 10 borongan, beberapa petani pun sudah mulai mencontoh langkahnya dengan menanam bawang pakai biji.

Menurut Sapwan, dirinya sangat senang, bila para petani lainnya mencoba menanam bawang merah dengan bibit biji atau ingin belajar langsung budi daya bawang merah di kebunnya.

Saat ini dari luasan 10 borongan, kebunnya rata-rata menghasilkan empat ton bawang merah, dengan pengolahan tanah yang baik dan pupuk sesuai takaran.

Pria tamatan MTs negeri ini memang tidak pernah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, namun pengalaman dan pengetahuannya tak diragukan lagi.

Selain telah bermitra dengan perusahaan penyedia bibit, dia juga mendapatkan bantuan pembinaan bibit dari Pemprov Kalsel dan Pemkab Hulu Sungai Selatan.

Kemauan kuatnya untuk mencari terobosan dalam pengembangan sektor pertanian, membuat Sapwan dinobatkan sebagai Penyuluh Swadaya Teladan dan memperoleh penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2014.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016