Banjarmasin (Antara) - Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan Ridwan Effendi mengakui populasi satwa bekantan (Nasalis larvatus) menurun drastis.

"Penurunan populasi bekantan tersebut diakibatkan berbagai hal, tetapi terbesar akibat alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan dan lainnya," katanya di Banjarmasin, Rabu.

Ridwan mengemukakan hal itu ketika menghadiri acara Hari Konservasi Alam Nasional di lokasi rehabilitasi Bekantan milik Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) sekaligus peresmian Kandang Transit Hewan Liar di Sultan Adam Banjarmasin.

Kegiatan Hari Konservasi Alam Nasional tersebut diikuti sejumlah turis asing dari Kanada, Swiss, dan Prancis yang datang untuk melihat bekantan.

"Saat lahannya berubah fungsi, mereka lari ke mana-mana dan banyak yang tak selamat," katanya.

Menurut dia, selain alih fungsi lahan hutan, penyebab penurunan populasi bekantan juga adanya kebakaran hutan yang hampir setiap tahun terjadi yang menimbulkan satwa itu juga ikut terbakar, di samping adanya perburuan.

"Hanya, perburuan yang banyak dilakukan masyarakat agaknya tidak untuk dijualbelikan, tetapi semata untuk pemeliharaan," tambahnya.

Berdasarkan data BKSDA Kalsel pada 2015, dari 12 kawasan konservasi ditemukan sekitar 700 bekantan, sementara di luar kawasan konservasi ada sekitar 2.000 bekantan.

"Hari Konservasi Alam Nasional ini jadi momentum untuk gerakan melindungi satwa langka kita," ujarnya.

Dalam kegiatan yang juga dihadiri Kabid Pengembangan Wisata M Khuzaimi dan Ketua SBI Amalia Rezeki itu juga dilaksanakan pemberian bibit pohon rambai pada sejumlah komunitas pecinta lingkungan. 

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016