Usaha batik asal Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan kini mulai bangkit seiring membaiknya perekonomian daerah pasca pandemi COVID-19.

Salah satu pembuat batik Tabalong Minarsih Nuraini (51) Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak mengaku batik olahannya mulai rambah pasar luar Kalimantan.

"Selain ikuti pameran UMKM di luar Kalimantan beberapa batik karya saya juga dibawa hingga ke Tionghoa dan Arab Saudi," ungkap Mimin sapaan sehari-harinya, Jumat.

Kebetulan pembeli asal Tabalong yang berprofesi sebagai dokter  melakukan kunjungan kerja ke luar negeri dan tertarik membawa batik Tabalong sebagai souvenir.

Sebagai pengrajin Mimin yang mulai memproduksi batik khas Tabalong sejak 2020 optimis batiknya bisa rambah pasar luar Kalimantan bahkan mancanegara.

Kini omset yang diraup Mimin  dalam satu bulan sekitar Rp15 juta untuk hasil penjualan di tingkat lokal mulai dari kalangan ASN termasuk aparat desa hingga masyarakat umum.

Dalam satu hari ia mampu membuat 10 kain batik cetak dengan aneka motif  berupa kelabang, Langsat dan gigi haruan.

Harganya pun bervariasi tergantung jenis kain mulai dari Rp230 ribu per dua meter hingga Rp500 ribu per kain.

Usaha batik Tabalong dengan nama Harum Bunga ungkap Mimin   telah memiliki 50 alat cetak batik Tabalong yang dibuat dari Pekalongan.

Termasuk bahan pewarna juga harus dibeli dari luar dengan ongkos kirim mencapai Rp60 ribu per kilogram.

"Biaya produksi pembuatan batik Tabalong memang lebih tinggi dibanding kain sasirangan karena bahan pewarna kita beli dari Pekalongan," jelas Mimin.

Karena itu harga jual kain batik Tabalong juga lebih mahal dan kondisi ini tak menjadi kendala bagi Mimin untuk terus berkarya sekaligus menyalurkan hobinya melukis dan menggambar di atas kain.

Hasil karya bakti Tabalong Harum Bunga milk Mimin memang cukup dikenal dan kini ia harus melayank pesanan kain batik Tabalong untuk 10 desa hingga kantor kecamatan lingkup Kabupaten Tabalong.

"Pesanan biasanya untuk seragam kantor desa atau kecamatan dengan kisaran 50 kain tiap desa," tambahnya.

Mimin pun terobsesi bisa memiliki rumah produksi sendiri serta merekrut tenaga kerja disabilitas mengingat para murid guru batiknya asal Kota Surabaya juga penyandang disabilitas.

"Saya belajar membuat batik di Surabaya dan para murid guru saya penyandang disabilitas," ungkap Mimin.

 

Pewarta: Herlina Lasmianti

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023