Senyum manis dari seorang wanita nampak menyambut kedatangan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kotabaru Nurviza beserta sejumlah pegawainya di sebuah rumah yang terletak di Desa Sungai Rangas Ulu, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan pada Kamis (31/8) siang.

"Eh ibu," ucap Isra Fitriana, sang wanita sembari membukakan pintu rumah untuk mempersilahkan Nurviza dan rombongan masuk.

Pertemuan antara Nurviza dan Isra begitu emosional, keduanya langsung berpelukan sembari menanyakan kabar masing-masing.

Tak hanya dengan kepala dinas, Isra ternyata juga mengenali betul beberapa orang yang ikut dalam rombongan dengan menyapanya satu persatu termasuk Sekretaris Dinas Sosial Kotabaru Aris Munandar dan Kabid Rehabilitasi Sosial Andi Khusnul Yakin.

Begitu juga terhadap tiga orang lainnya yakni Sakerani sewaktu menangani Isra menjabat Kasi Rehabilitasi Sosial, Yusuf Irsandi selaku penyuluh sosial dan Muhammad Khomaini selaku pekerja sosial yang ketiganya mengawal perjuangan sang klien untuk sembuh sejak awal.

Isra diketahui pernah menjadi klien Bidang Rehabilitasi Sosial pada Dinas Sosial Kabupaten Kotabaru.

Pada tahun 2008, dia dibantu Dinas Sosial Kotabaru untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr HM Ansari Saleh Banjarmasin mendapatkan perawatan jiwa setelah didiagnosa sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Psikiater rumah sakit menyatakan Isra mengidap gangguan skizoafektif, yakni penyakit mental ketika seseorang mengalami gabungan gejala skizofrenia seperti halusinasi atau delusi, juga gejala gangguan suasana hati seperti depresi.

Nurviza mengaku rindu dengan Isra yang sudah dianggapnya anak sendiri, apalagi mendengar kabar jika mantan kliennya itu hamil setelah menikah pada Januari 2023 lalu dengan pemuda kampung yang kini menjadi tempatnya menetap di tepian sungai Martapura.

Ketika bersama Nurviza, Isra nampak begitu bahagia dan banyak bercerita mencurahkan segala isi hatinya.

Termasuk soal dia baru saja mengalami keguguran dan begitu sedih atas apa yang terjadi tersebut, sehingga tertundanya untuk mendapatkan buah hati yang sangat diimpikan bersama suami.

Bahkan diduga akibat keguguran itu pula, Isra sempat depresi dan gangguan jiwanya kambuh sehingga harus menjalani perawatan selama 27 hari di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, rumah sakit yang kini khusus melayani pasien mengidap gangguan jiwa milik Pemerintah Provinsi Kalsel yang terletak di Jalan Gubernur Syarkawi Km 3,9 Gambut, Kabupaten Banjar.

Dalam pertemuan itu, Nurviza lebih banyak memberikan nasihat dan penguatan agar Isra menjadi pribadi lebih baik dalam menjalani kehidupan.

Apalagi setelah menikah, Isra diingatkan agar taat kepada suami yang menjadi pintu seorang wanita menuju surganya Allah SWT.

Agar rutin minum obat sesuai anjuran dokter juga menjadi hal yang terus ditekankan Nurviza, sehingga Isra bisa benar-benar sembuh dan pada akhirnya nanti tidak lagi bergantung pada obat-obatan untuk penyakit jiwa.

Sentuhan hati yang tulus ditunjukkan Nurviza dan timnya demi kesembuhan ODGJ seperti Isra yang telah melewati jalan panjang dalam proses pendampingan Dinas Sosial selama menjalani perawatan hingga kini telah hidup normal membina rumah tangga.

 
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kotabaru Nurviza dan timnya serta aparatur Desa Sungai Rangas Ulu saat menyambangi kediaman Isra Fitriana dan suami. (ANTARA/Firman)



22 kali dibawa ke rumah sakit

Isra Fitriana lahir di Kotabaru, 23 Agustus 1979 menjadi anak bungsu dari lima bersaudara.

Pada usia sekolah tepatnya duduk di bangku SMA ketika kedua orang tuanya meninggal, dia ikut tinggal dengan saudaranya.

Pada suatu hari, dia pernah mendapatkan kekerasan fisik yang mengakibatkan kesehatannya terganggu hingga berujung pada gangguan jiwa.

Pihak keluarga meminta bantuan Dinas Sosial Kotabaru dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa di Banjarmasin untuk perawatan.

Jarak yang ditempuh pun cukup jauh mencapai lebih kurang 300 kilometer  dengan durasi perjalanan darat sekitar tujuh jam ditambah perjalanan laut menumpangi kapal ferry penyeberangan dari Pulau Laut ibukota Kabupaten Kotabaru menuju daratan pulau Kalimantan di Kabupaten Tanah Bumbu hingga terus ke Banjarmasin.

Sewaktu menangani Isra, petugas Dinas Sosial Kotabaru secara total sudah 22 kali membawa sang klien dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.

Hal itu dikarenakan tidak adanya dukungan fasilitas kesehatan yang khusus menangani pasien dengan gangguan jiwa di Kotabaru kala itu.

Kemudian dalam beberapa tahun terakhir baru ada dokter spesialis kesehatan jiwa di Kabupaten Tanah Bumbu sehingga untuk rawat jalan, petugas Dinas Sosial Kotabaru cukup membawa Isra ke kabupaten tetangga itu.

"Jadi setiap bulan kami mengambil obat untuk saudari Isra di Tanah Bumbu, namun jika rujukan dokter harus rawat inap maka tetap dibawa ke Banjarmasin," kata Sakerani mengenang perjuangan Dinas Sosial untuk kesembuhan Isra.

Penanganan terhadap Isra memang penuh perjuangan bagi petugas Dinas Sosial yang penuh dedikasi dan tanpa pamrih menjalankan tugasnya sebagai wujud Negara hadir bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongan.

Langkah konkret ini sejalan dengan visi Pemerintahan Kabupaten Kotabaru di bawah kepemimpinan Bupati Kotabaru H Sayed Jafar Alaydrus, yakni terwujudnya masyarakat yang semakin mandiri dan sejahtera dan jabaran salah satu misinya meningkatkan kualitas masyarakat yang religius, lebih sehat, cerdas dan kreatif serta terampil.

Gangguan kesehatan jiwa Isra kerap kambuh dan harus bolak-balik rumah sakit.

Sempat beberapa kali dinyatakan sembuh dan hidup normal, berulang kali pula Isra terpaksa dibawa kembali ke rumah sakit untuk perawatan.

Bahkan Dinas Sosial beberapa tahun sempat menampung Isra untuk tempat tinggal di Rumah Singgah di Kotabaru termasuk mempekerjakannya agar memiliki kegiatan dan mempunyai penghasilan sendiri.

 
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kotabaru Nurviza dan timnya mengunjungi kediaman Suhaimi dan Isra Fitriana. (ANTARA/Firman)



Menikah dan hidup bahagia 

Kalau sudah jodoh tak akan kemana dan Tuhan yang bekerja untuk mempertemukan.

Kalimat ini sangat cocok menggambarkan perjalanan hubungan Isra dan suaminya Suhaimi (32).

Keduanya dipertemukan di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental (BRSPDM) "Budi Luhur" Banjarbaru milik Balai Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI ketika sama-sama mengikuti pelatihan keterampilan selama enam bulan.

Isra mendapatkan pelatihan tata boga, sedangkan Suhaimi yang juga eks ODGJ mengikuti pelatihan bidang peternakan.

Kisah asmara mereka di balai sempat terputus lantaran tak lagi bertemu setelah keduanya harus berpisah pascapelatihan berakhir.

Namun belakangan, Dinas Sosial Kotabaru mendapatkan informasi dari Balai Budi Luhur jika Suhaimi melalui keluarganya mencari keberadaan Isra dan bermaksud ingin memperistri sang pujaan hati.

Mendengar kabar tersebut, petugas Dinas Sosial langsung bergerak cepat melakukan pertemuan dengan keluarga Suhaimi yang difasilitasi oleh Kepala Desa Sungai Rangas Ulu Zainal Aqli di kantor desa setempat.

Gayung bersambut, Isra yang juga jatuh hati ke Suhaimi bersedia dinikahi hingga akhirnya Dinas Sosial dibantu aparatur desa melakukan proses perjodohan dan keduanya menikah pada Januari 2023.

Resepsi pernikahan pun digelar sederhana namun penuh makna dengan kehadiran jajaran Dinas Sosial Kotabaru yang juga memberikan bantuan dana hasil patungan dari para pegawai.

Kini keduanya hidup bahagia tinggal di rumah orang tua Suhaimi pasangan Abu Bakar dan Norani.

Dalam kesehariannya, Suhaimi ikut menggarap ladang pertanian milik orang tuanya serta menggeluti usaha ternak bebek petelur hasil bantuan keterampilan dan modal usaha dari Balai Budi Luhur.

Suhaimi sendiri sempat dinyatakan ODGJ lantaran kerap mengurung diri di rumah dan juga bertingkah aneh seperti mengamuk tanpa alasan yang jelas.

Hingga saat ini, dia pun masih rutin minum obat yang diambil setiap bulan di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.

Suhaimi menceritakan gangguan jiwa yang dialaminya berawal dari benturan benda keras di kepala sewaktu berumur sekitar 14 tahun.

"Kepala saya sobek tertimpa kayu saat ingin mengambil buah kasturi bersama teman-teman," katanya mengungkapkan.

Sejak saat itu, dia lebih banyak di rumah tanpa bersosialisasi lantaran punya halusinasi setiap orang yang ditemui dirasa mengejeknya.

Namun sekarang kondisinya sudah jauh lebih baik dan mulai hidup normal dengan keluar rumah untuk bekerja dan bersosialisasi dengan teman-teman sebaya dan masyarakat.

Suhaimi bertekad untuk sembuh meski katanya harus minum obat setiap hari dan sepanjang hidupnya.

Kisah pasangan suami istri Suhaimi dan Isra begitu inspiratif sebagaimana inspiratifnya perjuangan Dinas Sosial Kabupaten Kotabaru dalam usaha kesembuhan sang klien.

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023