Harga minyak mentah memiliki kinerja beragam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena kekhawatiran pengetatan moneter lebih lanjut yang dapat mengurangi permintaan energi diimbangi oleh data persediaan minyak yang ketat.


Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik tipis 1 sen atau 0,01 persen, menjadi menetap pada 71,80 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September tergelincir 13 sen atau 0,17 persen, menjadi ditutup pada 76,52 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Data ketenagakerjaan swasta yang cerah dan indikator sektor jasa-jasa di Amerika Serikat memicu kekhawatiran pengetatan moneter lebih lanjut oleh Federal Reserve.

Indeks manajer pembelian (PMI) jasa-jasa AS meningkat menjadi 53,9 pada Juni, naik dari 50,3 pada Mei dan lebih tinggi dari perkiraan konsensus 50,8, menurut data yang dikeluarkan oleh Institute for Supply Management (ISM) pada Kamis (6/7/2023).

Sementara itu, sektor swasta AS menambahkan 497.000 pekerjaan pada Juni, mengalahkan konsensus perkiraan pasar sebesar 235.000 dan 267.000 pada bulan sebelumnya, menurut data yang dirilis oleh ADP Research Institute.

"Harga minyak mundur dalam perdagangan penghindaran risiko hari ini. Laporan ADP jelas memiliki dampak negatif mengingat kemungkinan berarti kita menghadapi laporan pekerjaan panas lainnya besok dan prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan daring multi-aset, dikutip dari Xinhua.

Departemen Tenaga Kerja AS dijadwalkan untuk mengungkap data penggajian non-pertanian dan data pengangguran pada Jumat pagi waktu setempat.

Namun, data persediaan minyak mingguan yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Energi AS (EIA) mendukung harga minyak.

Minyak WTI rebound dari sesi terendah karena para pedagang fokus pada laporan EIA, yang menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah turun 1,5 juta barel dari minggu sebelumnya, catat Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire.

Selain itu, persediaan bensin dan sulingan AS turun masing-masing 2,5 juta barel dan 1 juta barel minggu lalu.

Baca juga: Minyak turun di perdagangan Asia imbas kekhawatiran permintaan China
Baca juga: OPEC dukung pemangkasan produksi Arab Saudi, Rusia, dan Aljazair
Baca juga: Minyak stabil di Asia, prospek pasokan ketat imbangi kecemasan China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto



 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023