Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Bekantan (Nasalis larvatus) atau monyet berhidung panjang khas Kalimantan mulai berkembang biak di kawasan konservasi Kabuapaten Tapin, Kalimantan Selatan.

Deputi Urusan Eksternal PT Antang Gunung Meratus (AGM) Budi Karya Yugie di Banjarmamsin Jumat mengatakan, "Saat ini beberapa bekantan tampak menggendong anak-anak mereka. Semoga ini menjadi salah satu pertanda hewan dilindungi tersebut bisa berkembang di kawasan konservasi."

Kendati saat ini penghuntanan kembali kawasan konservasi pascakebakaran lahan kemarau lalu belum berhasil maksimal, namun tidak terlalu berpengaruh terhadap bekantan, katanya.

Menurut Budi, untuk mempercepat penghutanan kawasan konservasi tersebut AGM mengerahkan sepuluh pekerja per hari untuk menanam pohon.

Selain itu, perusahaan juga menggandeng peneliti dari IPB, untuk mengetahui jenis pohon yang tepat bagi kawasan itu.

Terkait kesiapan kawasan konservasi untuk wisatawan, menurut Budi, hingga kini memang belum siap untuk pengunjung dengan jumlah banyak, tapi sudah menerima kunjungan dalam jumlah terbatas, seperti para mahasiswa untuk keperluan bahan studi.

"Rencananya awal tahun depan sudah terima pengunjung, tapi karena ada kebakaran lahan, rencana tersebut jadi tertunda, karena perlu persiapan lagi," katanya.

Menurut BUdi, pihaknya , berkomitmen menjadikan kawasan konservasi ini menjadi wahana edukasi masyarakat dan dunia pendidikan.

"Itu sebbanya, konsep yang diterapkan adalah menjadikan kawasan alami bagi bekantan dan hewan lainnya," katanya.

Pengunjung yang datang terangnya, tidak akan bersentuhan langsung dengan hewan setempat seperti memberi makan atau memegangnya. Melainkan, mereka hanya melihat dari jarah jauh melalui menara pandang yang disediakan, untuk mengamati aktivitas bekantan.

"Jadi pengunjung tidak ada yang bisa bersentuhan langsung dengan bekantan, tetapi hanya mengamati tingkah lucu hewan yang kini menjadi maskot Kalsel tersebut," katanya.

Menurut Budi, pembangunan kawasan konservasi tersebut, merupakan salah satu upaya PT AGM yang merupakan anak perusahaan PT Baramulti Suksessarana, untuk membantu melestarikan lingkungan.

Melalui dana CSR berbasis lingkungan tersebut, perusahaan menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB), WWF, Universitas Lambung Mangkurat dan Pemkab Tapin merancang pembangunan Kawasan Ekowisata Bekantan seluas 90 hektare.

Tim pembangunan dan pengembangan kawasan Ekowisata Bekantan tersebut, dipimpin Prof Dr Hadi S Alikodra yang dibantu praktisi bekantan Prof M Arief Soendjoto yang membuat penelitian di wilayah Rawa Gelam yang dikenal habitat bekantan.

Kepala BLHD Tapin Zain Arifin pada acara buka bersama dengan Komunitas Jurnali Pena Hijau Kalimantan Selatan mengatakan, pengembangan konservasi tersebut juga mendapatkan perhatian serius dari kementerian lingkungan hidup.

"Setelah mendengar ekspos bupati untuk Adipura di Jakarta, banyak pertanyaan dilontarkan terkait pengembangan kawasan konservasi, dan pusat berharap hal tersebut untuk terus mendapatkan pertahain," katanya.

Hanya saja lanjut Zain sampai saat ini, kawasan belum siap sepenuhnya dikunjungi wisatawan dalam maupun luar negeri, karena masih banyak areal yang harus ditanami pohon pascakebakaran lahan tahun lalu.

"Pada 2017 beberapa SKPD diminta menganggarkan dana untuk pengembangan kawasan ini, dan tidak sebatas merawat bekantan, tapi jadi areal kegiatan pertanian terpadu," jelas Zain.

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016