Banjarmasin, (AntaranewsKalsel) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan Harymurthy Gunawan mengatakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan 1-2016 tercatat 3,97 persen lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 4,14 persen.

Turunnya pertumbuhan ekonomi tersebut, tambah Hary di Banjarmasin Senin, salah satunya disebabkan dari masih terbatasnya pertumbuhan konsumsi pemerintah pusat dan daerah.

"Rendahnya belanja pemerintah tersebut, ditengarai karena banyak proyek yang masih dalam proses lelang dan lainnya," katanya.

Namun, kata dia, khusus untuk Kalsel, serapan belanja pemerintah relatif lebih baik dibanding tahun sebelumnya, pada periode sama.

Pada 2015, hingga bulan Mei, belanja pemerintah baru sekitar 15 persen lebih, sedangkan 2016 periode sama telah mencapai 18,1 persen.

Diharapkan, peningkatan serapan anggaran ini akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kalsel lebih cepat lagi.

Hery menambahkan, kendati pertumbuhan ekonomi Kalsel, masih mengalami penurunan, namun bila dibandingkan daerah lain, pertumbuhannya relatif lebih bagus.

"Beberapa daerah seperti Kalimantan Timur, dan Papua, pertumbuhan ekonominya justru minus, karena tidak memiliki potensi lain di luar pertambangan dan perkebunan, yang bisa dijadikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi alternatif," katanya.

Sedangkan Kalsel, kata dia, beberapa komuditas, seperti pertanian, peternakan, perikanan, industri dan investasi masih tumbuh dengan baik, sehingga bisa menjadi salah satu penopang saat sektor pertambangan dan perkebunan, terpuruk.

Selain itu, stok bahan baku yang relatif terjaga dengan baik, juga membuat inflasi Kalsel cukup stabil, inflasi kini hanya 3,60 persen, yang merupakan inflasi terendah sejak 2011 hingga sekarang.

"Ekonomi Kalsel ke depan masih akan mengalami tekanan yang cukup kuat, sehingga perlu langkah-langkah dari seluruh pihak terkait, untuk bekerja lebih maksimal lagi, sehingga ekonomi bisa tetap tumbuh," katanya.

Tekanan pertumbuhan ekonomi ke depan, tambah dia, antara lain disebabkan kinerja ekspor beresiko terkontraksi, terkait prospek harga batubara yang masih belum membaik, dan permintaan Tiongkok yang masih turun.

Namun demikian, tambah dia, investasi masih akan berpeluang meningkat, yang didukung dengan paket kebijakan pemerintah dan paket pelonggaran kebijakan moneter guna mendukung momentum pertumbuhan ekonomi.

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016