Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Banjarmasin bekerja sama dengan Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sukses mengembangkan teknologi pembibitan ikan haruan atau ikan gabus.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Banjarmasin Doyo Pudjadi di Banjarmasin, Kamis, mengatakan teknologi pengembangan ikan haruan yang disebut dengan "broadstok" haruan tersebut untuk mengatasi kelangkaan ikan haruan yang selama ini terjadi.

Ikan haruan selama ini menjadi menu wajib bagi warga Kalsel, baik untuk di rumah maupun di warung-warung makan.

Sebagian besar menu khas Banjar, baik nasi kuning yang biasa untuk sarapan pagi, ketupat Kandangan, lontong, dan lainnya, menggunakan ikan haruan sebagai lauknya.

"Sehingga, bagi warga Banjar, hampir bisa dikatakan, tiada hari tanpa ikan haruan," katanya.

Kebiasaan warga Banjar yang penyuka ikan haruan tersebut, membuat komoditas itu menjadi sulit dicari di pasaran, sehingga harganya selalu melambung, bahkan per kilogramnya bisa mencapai Rp60 ribu-Rp70 ribu.

Langkanya ikan haruan di pasaran menjadi salah satu pemicu terbesar terjadinya inflasi di Kota Banjarmasin dan di Kalsel umumnya.

Selain karena diburu oleh warga Banjar, ikan haruan merupakaan salah satu ikan yang secara alami berkembang biak satu tahun sekali, sehingga membuat ikan haruan semakin mahal.

Namun, setelah ditemukan teknologi pembibitan ikan haruan tersebut, kata Doyo, ikan haruan yang biasanya berkembang biak satu tahun sekali, kini bisa menjadi tiga hingga empat kali dalam satu tahun.

Caranya, kata dia, pasangan ikan yang bisa melahirkan akan disuntik hormon untuk merangsang kemampuan bertelur lebih sering lagi.

"Dengan terciptanya teknologi `broadstok` ini, diharapkan kelangkaan ikan haruan bisa diatasi, bahkan bukan hanya untuk konsumsi, tetapi juga untuk keperluan kesehatan, karena haruan memiliki albumin yang cukup tinggi," katanya.

Tahap pertama pengembangkan ikan haruan itu, dilakukan dengan penyuntikan hormon terhadap 500 ekor indukan, diperkirakan dalam waktu tiga bulan akan menghasilkan 2,5 juta ekor.

Penemu teknologi pengembangkan ikan haruan, Doktor Untung Bicaksana, berharap ke depan Kalsel akan mampu memiliki stok haruan cukup besar dan mampu mengembangkan berbagai varietas.

Ikan haruan merupakan salah satu ikan yang diburu di Kalimantan Selatan, bukan hanya untuk kebutuhan konsumsi, namun juga untuk pengobatan karena kandungan albumin yang cukup tinggi.

Selain itu, haruan juga dibuat untuk biskuit dan pil penambah kemampuan dan kecerdasan anak.

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016