Hasil riset yang dilakukan tim peneliti Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat (FMIPA ULM) menunjukkan daun sungkai bagus untuk kesehatan.

"Profil proksimat dan vitamin C bahan kering dan seduhan daun sungkai menunjukkan hasil yang bagus untuk dikonsumsi dari tingginya kandungan gizi, antioksidan, air, abu, protein, lemak dan karbohidrat serta vitamin C," kata Sasi Gendro Sari MSc selaku ketua tim peneliti di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu.

Riset yang dilakukan Sasi bersama anggota tim Rusmiati MSi dan Susi MSi serta melibatkan delapan mahasiswa Program Studi Biologi FMIPA ULM yaitu Alya Nur Afifah, Nia Aulia, Elia Saputri, Anggun Isnawati, Marike Aulia Simanullang, Rimaa Rahmawati, Dea Aulya dan Shofaa Maulida didasari fenomena keyakinan sebagian masyarakat jika tumbuhan sungkai khususnya bagian daun mampu melawan COVID-19 karena kemampuannya sebagai immune booster, antiplasmodium, antibakteri, obat demam, obat kuning dan penyegar badan. 

Dibiayai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dengan anggaran Rp63 juta melalui skema riset mandiri dosen yang fokus meneliti khasiat ekstrak daun sungkai (peronema canescens) menjadi produk herbal pencegah COVID-19, penelitian dimulai sejak Desember 2021.

Adapun fokus riset adalah teknologi dan alat kesehatan (penanganan COVID dan mendorong kemandirian bangsa). Riset ini bertujuan untuk (1) mengetahui variasi morfologi sungkai yang hidup pada lingkungan yang berbeda, (2) menggali lebih dalam etnomedicine tumbuhan sungkai oleh masyarakat lokal yang tidak terbatas pada bagian daun saja, (3) mengetahui profil gizi dan aktifitas antioksidan serta senyawa bioaktif ekstrak daun sungkai, dan (4) mengetahui tingkat keamanan pemberian ekstrak daun sungkai melalui histopatologi organ ginjal, hati dan paru hewan uji serta biokimia darah yaitu kadar SGPT, SGOT, keratinin dan ureum. 

Metode riset dibagi menjadi 4 tahap disesuaikan dengan urutan tujuan riset yang dirancang selama 10 bulan. Tahap 1 bersifat deskriptif eksploratif dengan analisis data cluster berupa dendogram untuk mengetahui tingkat kemiripan morfologi dan lingkungan tumbuhnya. 

Tahap 2 bersifat purposive sampling dengan observasi langsung di lapangan dan responden didapatkan dari teknik snowball sampling berdasarkan kriteria warga yang memiliki interaksi tinggi terhadap tumbuhan sungkai. Tingkat pengetahuan warga dibagi berdasarkan kelas umur dianalisis menggunakan Kruskal Wallis Test dan kelas gender dihitung menggunakan Mann Whitney U-Test untuk mengetahui perbedaan pengetahuan. 

Tahap 3 bersifat deskriptif kuantitatif untuk profil gizi dan senyawa antioksidan serta deskriptif kualitatif untuk komponen bioaktif daun sungkai. Data kemudian dianalisis menggunakan ANOVA dengan nilai α 5 persen yang dilanjutkan uji berganda Duncan. 

Tahap 4 digunakan RAL dengan 4 perlakuan dosis yang berbeda yaitu kontrol negatif, 200, 400 dan 800 mg/kg bb hewan uji. Pewarnaan preparat organ digunakan pewarna HE dan diberi skor penilaian kerusakan organ. 

Data skor dan biokimia darah dianalisis dengan ANOVA yang dilanjutkan uji DMRT untuk mengetahui signifikansi diantara perlakuan. 

Luaran target utama berupa rancangan kegiatan MBKM, yakni draft materi perkuliahan panduan pengenalan morfologi dan pemanfaatan sungkai sebagai obat yang digunakan dalam mata kuliah Struktur Perkembangan Tumbuhan dan Etnobotani.
Sasi Gendro Sari MSc bersama salah satu mahasiswinya Dea Aulya menunjukkan pohon sungkai setinggi tujuh meter yang tumbuh di area kampus ULM di Banjarbaru. (ANTARA/Firman)


Sasi menyampaikan hasil riset yang telah rampung itu. Antara lain bahan kering dan seduhan daun sungkai menunjukkan hasil yang bagus dari kandungan air, abu, protein, lemak dan karbohidrat serta vitamin C.

Kemudian pemberian ekstrak etanol daun sungkai dengan konsentrasi 87,5 mg/BB, 175 mg/BB dan 350 mg/BB pada tikus jantan galur wistar tidak mengakibatkan perubahan histologi hati dan ginjal tikus, tidak memberikan reaksi negatif terhadap biokimia darah hati dan ginjal tikus putih serta profil darahnya. 

Selain itu, pemberian ekstrak etanol daun sungkai muda tidak memberikan efektifitas yang signifikan terhadap aktifitas fagositosis dan morfometri limpa tetapi cenderung meningkatkan imunostimultan terhadap laju eliminasi karbon, indeks fagositosis dan indeks stimulasi pada dosis 87,5 mg/BB dan 175 mg/BB. 

Selanjutnya jumlah leukosit dalam batas normal serta neutrophil, basophil, monosit, eosinophil cenderung terjadi peningkatan jumlah sel setelah diberi ekstrak etanol daun muda sungkai selama 28 hari berturut-turut.

"Pemberian ekstrak tersebut dengan tiga dosis yang bervariasi aman digunakan sebagai obat herbal dengan hewan uji tikus putih jantan galur wistar," jelas Sasi didampingi salah satu mahasiswinya Dea Aulya.

Hasil riset inipun sudah terbit untuk publikasi ilmiah di jurnal nasional terindeks Sinta (Biotropika) dan jurnal internasional (IJWEM/Biodiversitas) dalam proses "submitted" (terkirim).

Adapun target tambahan tim peneliti berupa pengajuan paten sederhana sampai tahap terdaftar melalui Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ULM.

Diketahui tumbuhan daun sungkai memiliki batang pohon dengan ketinggian bisa mencapai tujuh meter. Hidupnya tersebar mulai dataran rendah sampai dataran tinggi dan mudah dijumpai termasuk menyebar tumbuh di seluruh Kalimantan.

Selain daunnya yang dipercaya berkhasiat untuk kesehatan, batang kayu dari pohon sungkai kerap dijadikan untuk industri mebel dan kerajinan dikarenakan menyerupai kayu jati dan mempunyai alur artistik dan warnanya cerah bergaris cokelat tua.  

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022