Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan mengoptimalkan 40 ribu hektare kawasan hutan bakau atau mangrove di provinsi itu guna menyerap karbondioksida (CO2) dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.

"Kawasan mangrove ini sangat potensial mendukung serapan karbondioksida yang menyebabkan pemanasan global," kata Kepala BKSDA Kalimantan Selatan Mahrus Aryadi di Banjarbaru.

BKSDA pun mempunyai program kemitraan konservasi yang mengusahakan masyarakat bisa terlibat terutama dalam blok rehabilitasi  kawasan konservasi.

Adapun lokasi mangrove yang sudah dilakukan penanaman di Suaka Margasatwa (SM) Kuala Lupak di Desa Sungai Telan Besar dan Desa Kuala Lupak, Kecamatan Tabunganen, Kabupaten Barito Kuala.

Di tempat ini, 414 hektar lahan telah ditanami bibit mangrove yang termasuk diketerlanjuran tambak masyarakat.

"Kemudian berikutnya di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru juga potensial kawasan mangrove yang masih bisa dikembangkan luasannya untuk kami lakukan penanaman," jelas Mahrus.

Ditegaskannya, perluasan mangrove jadi komitmen pihaknya mendukung program Indonesia's Forest and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 yang digaungkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Diketahui mangrove memiliki potensi karbon biru cukup tinggi meliputi above ground biomass (biomassa di atas tanah), soil (tanah) mangrove maupun below ground 
biomass (biomassa di bawah tanah).

Kementerian LHK mencatat luasan mangrove di Indonesia untuk kelas rapatan tajuk kategori mangrove lebat 3.121.240 hektar atau 92,78 persen, mangrove sedang 188.366 hektar atau 5,60 persen dan mangrove jarang 54.474 atau 1,62 persen.  

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022