Desa 3A Simpang Empat, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan merupakan desa di kawasan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) untuk tanaman karet.

Desa yang berada di dataran tinggi di bawah Pegunungan Meratus tersebut tidak hanya tempat tumbuh subur tanaman karet yang sudah puluhan tahun menopang ekonomi masyarakatnya, namun juga ada alternatif lain menanam Serai Wangi.

Serai Wangi atau dalam bahasa latinnya Cympogon nardus adalah tanaman jenis rumput-rumputan menghasilkan minyak atsiri yang mempunyai arti ekonomi dalam perdagangan.

Serai Wangi juga bisa menjadi bahan obat tradisional, mulai dari sakit perut hingga tukak lambung. Serai juga menjadi bahan umum teh herbal dan suplemen untuk mual.

Dengan banyaknya manfaat tanaman Serai Wangi tersebut, apalagi wewangian minyaknya bernilai ekonomi cukup tinggi membuat Noor Jannah dan warga lainnya di Desa 3A Simpang Empat mencoba mengembangkannya.

Noor Jannah bercerita pada 2010 dia bersama warga desa awalnya mencoba alternatif pertanian untuk tanaman Nilam.

Nilam adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan sama. Tanaman ini umum dimanfaatkan bagian daunnya untuk diekstraksi minyaknya, dan diolah menjadi parfum, bahan dupa, minyak atsiri, anti serangga dan digunakan pada industri kosmetik.

"Namun itu hanya setahun, pada 2011 kita mulai tanam Serai Wangi," ujarnya.

Bibit Serai Wangi unggul didapatnya dari daerah Lembang di Bandung, Jawa  Barat.

Perkembangan menanam Serai Wangi cukup tinggi sejak 2013 dengan lahan 1 hektare.

Dengan dibentuknya kelompok wanita tani di Desa 3A Simpang Empat tersebut, perkembangan penanaman Serai Wangi makin meluas.

Penanaman Serai Wangi tidak hanya di lahan cukup luas, tapi juga di pekarangan hingga pinggiran jalan desa.

Intinya di mana ada lahan warga yang kosong ditanami Serai Wangi untuk tambahan pendapatan selain berharap dari hasil karet.

"Sebab kan kalau musim hujan, karet tidak bisa disadap, jadi ini alternatif pendapatan warga," tutur Noor Jannah.

Tanaman Serai Wangi hanya memerlukan 6 bulan, setelah itu bisa dipanen daunnya, kemudian per 3 bulan dapat dipanen lagi, hingga seterusnya bertahun-tahun tanpa tanam bibitnya lagi.

Bahkan bisa bertahan hingga 5 tahun jika dirawat dengan baik terus bisa dipanen daunnya.

Perawatannya pun tidak terlalu sulit, bahkan untuk meremajakannya tinggal diambil batang Serai Wangi yang ada untuk ditanam kembali.

Satu hektare Serai Wangi bisa menghasilkan panen daunnya sekitar 7-8 ton pada tahun pertama dengan kapasitas 10.000 pohon.

Di tahun kedua tunas baru tumbuh akan membuatnya makin rimbun hingga hasil panennya naik antara 10-11 ton, di tahun seterusnya makin naik lagi jika dirawat dengan baik.

Penyulingan

Desa 3A Simpang Empat memiliki satu tempat penyulingan minyak Serai Wangi yang dibangun sejak 2014 hingga kini masih bisa beroperasi.

Kapasitas alat penyulingan minyak Serai Wangi dengan cara dipanaskan dengan kayu bakar tersebut tersebut bisa menampung sekitar 500 kg daun segar Serai Wangi.

Proses pembakaran hingga menghasilkan tetesan minyak membutuhkan waktu antara 6-7 jam.

Alat penyulingan yang cukup besar berupa tong besi penampung ratusan kilogram daun Serai Wangi tersebut memerlukan tempat yang juga cukup luas, bahkan dibangunkan tempat khusus beratap dan berdinding.

Dengan alat penyulingan yang ada ini, sekitar 100 kg daun Serai Wangi bisa menghasilkan minyak 700 gram hingga 800 gram.

Namun saat ini, Desa 3A mendapat bantuan alat penyulingan minyak Serai Wangi yang lebih praktis dibuatkan Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban).

Alat penyulingan minyak Serai Wangi dari Kampus Poliban yang anggaran pembuatannya dibantu Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan RI tersebut jauh lebih kecil namun lebih moderen dari yang terdahulu.

Alat penyulingan dari hasil penelitian dan riset tim mahasiswa dan dosen Poliban tersebut menggunakan sistem vakum dengan pemanas yang dibakar dengan kompor gas elpiji.

Alat yang kapasitas penampungan daun segar Serai Wangi lebih kecil dari alat sebelumnya, yang ini hanya 100 Kg, namun waktunya pembakarannya lebih singkat antara 2--3 jam saja.

Hasilnya pun dinyatakan dalam beberapa kali uji coba lebih tinggi dari alat sebelumnya, bisa sampai 1 kg tetesan minyak Serai Wangi terkumpul dalam 100 kg daun segar Serai Wangi.

Direktur Poliban Kalsel Joniriadi pada peresmian alat penyulingan minyak Serai Wangi di Desa 3A Simpang Empat Kabupaten Banjar  pada 16 Juni 2022 mengharapkan alat bantuan Poliban ini bisa memaksimalkan hasil panen Serai Wangi masyarakat.

Hingga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat daerah tersebut tidak hanya tergantung dari hasil pertanian karet.

Poliban berupaya terus untuk bisa berkontribusi bagi daerah dan bagi kesejahteraan masyarakat daerah.

Sebagai kampus vokasi di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian, Poliban berkomitmen keilmuan dan SDM mereka bisa langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, salah satunya lewat karya yang diciptakan ini bagi petani Serai Wangi.

Bahkan tidak hanya itu, Poliban pun berkomitmen untuk membantu dalam promosi dan pemasaran produk lokal hasil minyak Serai Wangi dari desa ini, karena Poliban memiliki Entrepreneurship Training Unit (ETU) dan melalui Program Mahasiswa Wirausaha (PMW).

Pemasaran

Hasil tani minyak Serai Wangi ternyata tidak terlalu sulit dipasarkan, sebab banyak pembelinya bahkan untuk pasar nasional.

"Kalau produk kita banyak, ada eksportir yang membeli, tapi kalau tidak banyak dari lokal sini ada yang menerima," ujar Noor Jannah petani sekaligus penggerak pertanian Serai Wangi di Desa 3A Simpang Empat, Kabupaten Banjar.

Di daerah sini pun, menurutnya, ada Usaha Kecil Menengah (UMK) yang membutuhkan bahan minyak Serai Wangi untuk buat sabun, herbal dan lainnya.

Tidak ada kesulitan bagi pemasaran minyak Serai Wangi untuk saat ini, karena dibutuhkan untuk bahan beragam produk ada pula untuk pembuatan sabun cuci piring, karbol aroma serai, minyak urut piwad dan bio pestisida.

Harga minyak Serai Wangi, menurut Noor Jannah, jika merujuk harga standar nasional saat ini mencapai Rp170 ribu per kg.

Cukup bertambahnya usaha minyak Serai Wangi ini dapat perhatian Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banjar.

Menurut Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banjar I Gusti Made Suryawati pihaknya memastikan dukungan bagi produksi minyak Serai Wangi di Desa 3A Simpang Empat.

Bahkan Pemkab Banjar bersedia mempromosikan produk minyak Serai Wangi lewat website resmi pihaknya untuk dipasarkan secara luas.

Pemkab Banjar memberikan dukungan besar bagi kemajuan produk daerah, khususnya minyak Serai Wangi ini produksinya diperhatikan hulu ke hilirnya.

Pemkab Banjar berharap desa-desa lainnya mencontoh pengembangan pertanian Serai Wangi yang sangat menjanjikan ini hasilnya, sebab daerah Kabupaten Banjar banyak dataran tinggi.

Ternyata, Serai Wangi juga bisa dikembangkan di daerah tanah rawa, sebagaimana percobaan yang berhasil dilakukan Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Balittra yang merupakan Unit Pelaksana Tugas (UPT) di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) Kementerian Pertanian RI ini memastikan Serai Wangi bisa di tanaman di pinggiran di daerah rawa.

Daerah yang cukup luas tanah rawa di Provinsi Kalsel ini adalah Barito Kuala, Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Tanah Laut dan sebagian daerah hulu sungai, seperti Tapin, Hulu Sungai Utara dan Hulu Sungai Selatan.

Balittra pun sudah melakukan uji coba untuk pengembangan tanaman serai wangi ini secara kecil di lahan rawa, hasilnya cukup baik, yakni di lahan taman sains pertanian spesial lahan rawa di belakang kantornya.
 

Pewarta: Sukarli

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022