Sebanyak seribu lebih balita di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) masih menderita gizi buruk atau stunting dan masih dikategorikan cukup tinggi.

Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Tahun 2022, Kabupaten HST tingkat prevalensi sebaran kasus stunting masih di angka 10,6 persen.

Artinya, dari jumlah balita di Kabupaten HST sekitar 15.506 jiwa, sebanyak 1.269 anak tingkat pertumbuhannya masih tergolong pendek dan 380 anak dikategorikan sangat pendek.

Kemudian, berdasarkan data hasil Studi Status Gizi Indonesia atau SSGI, Kasus Stunting Kalsel masih berada di atas rata-rata nasional dan menempati urutan ke-6 tertinggi di Indonesia dengan angka 30 poin. Sedangkan HST menempati urutan ke-9 dari 13 Kabupaten Kota di Kalsel.

Stunting sendiri merupakan sebuah kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama, infeksi berulang, serta stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada seribu hari pertama kehidupan anak.

menanggapi hal tersebut, Pemkab HST melakukan beberapa upaya penurunan kasus stunting dengan melakukan rembuk stunting dan rapat koordinasi dengan sejumlah pihak termasuk Forkopimda pada Selasa (7/6) di Gedung Murakata Barabai.

"Hal ini menjadi komitmen bersama dalam penurunan dan pencegahan stunting di Kabupaten HST," kata Bupati HST H Aulia Oktafiandi.

Ia berharap, semoga ke depannya dengan sinergitas itu dapat menangani permasalahan stunting serta berhasil menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Acara dirangkai dengan penandatanganan komitmen bersama pelaksanaan percepatan pencegahan Stunting dengan Forkopimda serta penyerahan buku delapan aksi kovergensi Percepatan Stunting (KP2S) dari Tim KP2S kepada Bupati HST.

 

Pewarta: M. Taupik Rahman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022