Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Upaya evakuasi bekantan (Nasalis larvatus)  yang ada di Km 17 Kabupaten Banjar oleh Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) beberapa kali mengalami kegagalan.


Salah satu anggota tim Save Bekantan dari SBI, Feri Hoesien kepada Antaranews Kalsel, melalui hubungan telepon seluler dari lokasi Km 17, Kamis malam, mengatakan setelah menerima laporan dari warga sekitar tentang kejadian bekantan tertabrak mobil, pihaknya langsung menindaklanjuti untuk mengevakuasi.

"Tetapi kenyataan dilapangan tidak mudah untuk mengevakuasi hewan berhidung mancung yang dilindungi undang-undang tersebut," kata Feri.

Dia menjelaskan evakuasi yang dilakukan SBI menggunakan tiga cara pertama pihaknya menggunakan sistem tembak bius, tetapi tidak epektif dan mahal.

Untuk sistem tembak bius tidak epektif malah biayanya mahal mencapai Rp4 juta," kata Feri tanpa merinci maksud biaya mahal apakakah per shot atau secara global.     

Kedua sistem jebakan tetapi setelah masuk perangkap bekantannya bisa kabur lagi. Tanpa putus asa mereka menggunakan cara terakhir menggunakan semacam jaring tali nylon dan kawat pagar.

Feri menerangkan untuk dua cara terakhir pihaknya harus mendatangkan ahlinya dari suku Dayak Pengunungan Meratus atau Dayak Bukit yang sudah berpengalaman menangkap bekantan tanpa melukai.

"Dan inilah upaya SBI terkahir, mudahan ini berhasil," harap Feri.

Menurut Feri pada evakuasi di Km 17 tersebut tim Save Bekantan di bantu beberapa warga negara asing yaitu Jerman, Canada, Portugal dan New Zealand, mereka turun langsung kelapangan, membantu membuat jebakan dan lainnya.

Dijelaskan bekantan di Km 17 semula berjumlah sekitar 22 ekor, entah kenapa beberapa minggu terakhir hewan berbulu lebat itu sering turun ke jalan.

Bahkan sering menyeberang jalan padahal di lokasi tersebut laju kendaraan roda dua dan emapat sangat kencang karena sepi dan jauh dari perkampungan.

"Terakhir yang sempat kami temui adalah bekantan berkelamin betina tertabrak mobil dan tidak bisa diselamatakan lagi," kata Feri bernada kesal.

Pria yang juga Ketua Biodeversitas Unlam itu menambahkan dari 22 ekor bekantan baru tiga yang bisa kami evakuasi, setelah diberi perawatan dan dianggap mampu hidup di alam liar akan dilepas di Pulau Bakut.

"Disana sudah ada beberapa bekantan yang kita lepas liarkan, dan sudah berkembang biak, dan terus kami pantau," kata Feri seraya berharap usaha terakhir mereka mengevakuasi kawanan di Km 17 berhasil.

Pewarta: Asmuni

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016