Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut pentingnya literasi guna membentengi pemuda dari faham radikal yang kini marak menyebar di media sosial (medsos).

"Kaum muda saat ini pengguna dominan media sosial dan sebagian cenderung disuguhkan konten intoleran. Untuk itu, kita literasi agar mereka bijak dalam menggunakan medsos," kata Direktur Perlindungan BNPT RI Brigjen Pol Imam Margono di Banjarmasin.

Berbicara pada workshop bertajuk Ekspresi Indonesia Muda di Gedung PWI Kalimantan Selatan, Imam menyebut potensi kaum muda terpapar faham radikal di Kalsel masih dalam taraf aman, sehingga penting diberikan benteng sejak dini.

Berbeda halnya dengan beberapa daerah lain di Indonesia yang memiliki potensi lebih tinggi di kalangan anak mudanya terkait keterpaparan faham radikal.

"Harus kita bentengi agar tidak keluar dari zona soft dan cool," jelasnya.

BNPT bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) juga telah melakukan sejumlah kegiatan deradikalisasi agar bisa kembali ke masyarakat. Seperti pembinaan terhadap narapidana terorisme dan keluarganya yang meliputi pembinaan wawasan kebangsaan, wawasan agama dan wawasan berwirausaha.
Direktur Perlindungan BNPT RI Brigjen Pol Imam Margono bersama jajaran FKPT Kalsel. (ANTARA/Firman)


Sementara Ketua FKPT Kalsel Aliansyah Mahadi mengatakan dari data tahun 2020 sebanyak 15,2 persen masyarakat masuk dalam indeks potensi radikal. 

Data menunjukan 85 persen dari 15,2 persen yang masuk dalam indeks potensi radikal itu adalah anak muda.

Untuk itulah, FKPT terus berupaya membentengi kaum muda terutama menangkal penyebaran konten-konten berbahaya di media sosial.

Kegiatan yang mengusung tema "Pelibatan Pemuda Dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme Dengan Pitutur Kebangsaan" tersebut diikuti 115 orang yang terdiri dari pelajar, mahasiswa dan perwakilan organisasi kepemudaan di Kalsel.

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022