Banjarmasin, 3/12 (Antara) - Anggota komisi II bidang ekonomi dan keuangan DPRD Kalimantan Selatan H Achmad Bisung meminta pemerintah provinsi setempat agar membantu mengatasi masalah krisis gula pasir atau gula putih di wilayahnya.

"Jangan krisis gula tersebut bertambah parah dan menimbulkan kegelisahan masyarakat atau konsumen," ujar anggota DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) tiga periode itu di Banjarmasin, Kmis.

Terlebih, lanjut politisi senior Partai Demokrat itu, mendekati Rabi`ul Awal atau bulan maulid, yang pada umumnya kebutuhan gula pasir akan meningkat dari hari-hari biasa.

Pasalnya sudah menjadi kebiasaan masyarakat muslim Banjar Kalsel dalam merayakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw membuat aneka ragam kue untuk suguhan terhadap tamu.

Selain menggunakan gula merah (gula habang/gula aren), untuk membuat bermacam-macam kue tersebut juga memerlukan gula putih, dan sekaligus unuk suguhan minuman.

"Memang di Pulau Jawa yang merupakan pemasok kebutuhan gula pasir Kalsel tersebut, kini sedang tidak musim giling. Tapi pemerintah provinsi (Pemprov) harus membantu mencarikan solusi agar kebutuhan gula pasir bisa teratasi," ujarnya menjawab Antara Kalsel.

"Kalau memang harus impor, maka mau tidak mau hal itu kita lakukan. Jangan seakan makin kucing-kucingan," saran wakil rakyat asal daerah pemilihan (dapil) V Kalsel yang meliputi Kabupaten Hulu Sungai Utara, Balangan dan Kabupaten Tabalong tersebut.

Karena, menurut wakil rakyat yang bergelar sarjana ekonomi itu, permainan kucing-kucingan dalam perniagaan berbagai kebutuhan (termasuk gula pasir) hanya akan menguntungkan spekulan, dan pemerintah tidak mendapat keuntungan serta masyarakat bisa menjerit.

Oleh karena itu, agar spekulan tidak banyak bermain mengambil kesempatan dalam kesempitan, pemerintah atau Pemprov harus segera mengambil alih mengatasi persoalan krisis gula tersebut, demikian Ach. Bisung.

Pendapat serupa dari Ketua Komisi II DPRD Kalsel Muharram, seraya menambahkan, sebaiknya Badan Urusan Logistik (Bulog) mengambil peran terhadap pengendalian persediaan dan harga kebutuhan pokok, tidak membiarkan pada pasar bebas.

Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Kalsel mencontohkan pemerintah Indonesia belakangan ini mengimpor beras Vietnam mencapai ratusan juta ton sebagai persediaan kebutuhan penduduknya.

"Padahal kabarnya, Indonesia swasembada pangan dan bahkan surplus beras. Tapi kenapa mengimpor, yang pada gilirannya bisa mematikan semangat usaha tani kita sendiri," ujar wakil rakyat yang bergelar dokterandus dan juga seorang petani itu.

Namun terkait masalah Kalsel menghadapi krisis gula, Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) tingkat provinsi tersebut sambil bercanda mengatakan, hal itu bagus kalau dari tinjauan kesehatan.

"Dengan krisis gula, berarti masyarakat kita harus menghemat atau mengurangi mengonsumsi yang banyak menggunakan gula," ujar wakil rakyat asal dapil II Kalsel/Kabupaten Banjar tersebut.

"Sebab dari informasi yang saya terima, orang Banjar Kalsel banyak penderita gula darah, salah satu penyebabnya karena banyak mengonsumsi makanan/minuman bergula, dan bahkan manis sekali," demikian Muharram.

Sebelumnya Ketua Asosiasi Penyalur Gula dan Terigu Indonesia (APEKTI) Kalsel H Aftahuddin mengatakan, provinsinya yang terdiri atas 13 kabupaten/kota, akan menghadapi krisis gula, karena pasokkan dari daerah berkurang.

Tapi dia akan berusaha mengurangi masalah krisis gula tersebut bekerjasama dengan pihak lain dan terkait yang memungkinkan mencarikan solusi, ujar pengusaha muda itu.

Pewarta: Syamsudin Hasan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015