Saham-saham Jepang turun tajam pada perdagangan sesi pagi Senin, mencatat kerugian terbesar dalam hampir tiga minggu terseret oleh saham teknologi, karena investor khawatir tentang meningkatnya ketegangan di sekitar Ukraina dan meningkatnya inflasi AS.

Indeks acuan Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo (TSE) kehilangan 2,6 persen menjadi diperdagangkan di 26.981,78 poin pada pukul 02.16 GMT, membukukan persentase penurunan intraday terbesar sejak 27 Januari dan jatuh di bawah level 27.000 poin untuk pertama kalinya sejak 31 Januari.

Indeks Topix yang lebih luas juga anjlok 2,02 persen, menjadi diperdagangkan pada 1.923,07 poin.

"Karena pasar (di Jepang) ditutup pada Jumat (11/2/2022), pasar hari ini dilanda dua berita negatif terpisah yang terjadi minggu lalu - ketegangan di sekitar Ukraina dan Rusia, dan kenaikan tajam harga konsumen AS," kata Shuji Hosoi, ahli strategi senior. di Daiwa Securities.

Baca juga: Saham Jepang mengikuti Wall St lebih tinggi, investor buru perusahaan kuat

"Jika situasi Ukraina memburuk, pasar bisa jatuh lebih jauh."

Wall Street berakhir melemah tajam pada Jumat (11/2/2022) untuk sesi kedua berturut-turut, karena investor khawatir tentang ketegangan yang semakin dalam antara Rusia dan Barat atas Ukraina, serta inflasi AS dan prospek kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve.

Data dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan harga konsumen AS melonjak 7,5 persen bulan lalu dari tahun ke tahun, melampaui perkiraan ekonom sebesar 7,3 persen dan menandai kenaikan inflasi tahunan terbesar dalam 40 tahun.

Di Jepang, saham kelas berat di pasar melemah, dengan pemilik jaringan toko pakaian Uniqlo, Fast Retailing, investor perusahaan rintisan teknologi SoftBank Group dan pembuat peralatan pembuat chip Tokyo Electron merosot antara 1,96 persen hingga 4,25 persen.

Baca juga: Saham Jepang menguat

Produsen ban Bridgestone anjlok 9,19 persen dan merupakan yang berkinerja terburuk di Nikkei, diikuti oleh platform medis daring M3 yang terperosok 8,01 persen.

Perusahaan eksplorasi minyak Inpex adalah yang berkinerja terbaik di indeks acuan dengan lonjakan 6,21 persen.

Harga minyak mencapai level tertinggi dalam lebih dari tujuh tahun di tengah kekhawatiran bahwa kemungkinan invasi Ukraina oleh Rusia dapat memicu sanksi AS dan Eropa yang akan mengganggu ekspor dari produsen utama dunia di pasar yang sudah ketat.

 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022