“Dulu Terpencil Kini Ramai Dikunjungi”

Pulau Serangan dulunya hanya sebuah pulau terpencil dan terisolir dari Kota Denpasar, Bali yang sudah dikenal sebagai salah satu objek wisata terkemuka di dunia bahkan dijuluki sebagai “Paradise Island”.

Kini Pulau Serangan mudah dijangkau – sejak pemda setempat membuat jalan dan jembatan yang menghubungkan Pulau Serangan dengan kota Denpasar, empat tahun lalu.

Ketika memasuki kawasan Pulau Serangan kini terkesan memasuki kawasan teduh dengan hamparan laut biru berhias puluhan perahu nelayan dan kapal-kapal layar antar pulau  berwarna-warni dan riak ombak menyapu pesisir.

Begitu sampai dipusat Pulau Serangan penduduk setempat dengan ramah menawarkan kita menyeberang pulau mengunjungi keramba ikan milik nelayan sambil memancing dengan tarif
jasa penyeberangan dan memancing yang relatif  murah.

Semua kondisi itu tidak terlepas dari intervensi berbagai pihak baik pemerintah daerah maupun dukungan melalui kucuran dana pinjaman bergulir sebesar Rp21,7 juta dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang disalurkan melalui Badan Keswadayaan Masyarakat  (BKM) Segara Asih, mendorong Pulau Serangan, Kecamatan Denpasar
Selatan menjadi objek “Keramba Wisata”.

Potensi Pulau Serangan menjadi objek “Keramba Wisata” dibenarkan oleh Koordinator Kota Denpasar untuk PNPM Mandiri, Denny Jauhari ketika ditemui di Lokasi Keramba Ikan yang dikelola  Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Mertha Segara Asih.

“Kalau melihat kondisi sekarang cukup beralasan bila kawasan perairan  Serangan yang berupa kawasan pulau itu dijadikan model Keramba Wisata di Kota Denpasar mengingat kawasan itu
telah memiliki infrastruktur yang memadai,” katanya.

Menurut Denny, potensi Pulau Serangan sebagai objek “Keramba Wisata” didukung dengan tata ruang wilayah setempat juga memiliki sejumlah kegiatan antara lain keberadaan kawasan
budi daya dan penangkaran kura-kura atau penyu.

Dewasa ini di Kelurahan Serangan terdapat tiga KSM yang telah memanfaatkan PNPM pola “Tri Daya” yakni aspek social, ekonomi dan lingkungan yang masing-masing memiliki
kepentingan dan saling terkait.

Salah satu KSM yang kini tengah mengembangkan usaha keramba ikan di perairan Pulau Serangan adalah KSM Mertha Segara Asih  yang dipimpin Wayan Sutana dengan tujuh anggota
kelompok yang bahu-membahu mengelola sekaligus penerima manfaat dari keramba ikan tersebut.

Wayan Sutana ketika ditemui di lokasi keramba ikan miliknya mengakui, keinginan untuk memiliki keramba ikan sudah lama tercetus namun terkendala modal mengingat penghasilan dia sebagai nelayan selama ini tidak lebih Rp40.000/perhari.

Keinginan untuk memiliki keramba ikan sebagai pelengkap dirinya sebagai nelayan selama ini terbentur pada modal dan ketidakberanian dirinya mengajukan pinjaman ke bank karena terbentur agunan atau jaminan yang dipersyaratkan.

Melalui musyawarah warga dan adanya dukungan PNPM Mandiri akhirnya pada April 2009 keinginan Wayan Sutana dan anggota kelompoknya terwujud melalui pinjaman bergulir yang
sumbernya berasal dari para nelayan lainnya sebesar Rp21,7 juta dari BKM Segara Asih dengan tingkat suku bunga hanya 1,5 persen.

“Saya tahu ada pinjaman dana bergulir dari PNPM Mandiri Perkotaan yang tentunya berasal dari teman-teman nelayan lain untuk membangun keramba ikan yang selama ini  diidam-idamkan dan nilainya termasuk swadaya anggota menjadi sebesar Rp30 juta,” katanya.

Selain untuk membangun keramba ikan pinjaman tersebut juga digunakan untuk membeli bibit ikan cakalang sebanyak 1.000 ekor dan pada Mei 2010 sudah pernah dipanen dan penghasilkan
pendapatan sebesar Rp2,5 juta.

Setelah lebih dari satu tahun mengelola keramba ikan itu, dampak lain yang tidak terbayangkan adalah berkembangnya kegiatan tersebut sebagai salah satu objek wisata yang tentunya menjadi kegiatan sampingan yang tidak bisa dianggap kecil kontribusinya bagi pendapatan nelayan.

Pada hari-hari tertentu banyak turis yang berkunjung ke keramba ikan baik hanya sekedar berkunjung dan melihat-lihat ikan cakalang dan lobster di keramba yang ada pulau dari
mereka yang memanfaatkannya untuk kegiatan memancing.

Dari ramainya kunjungan wisatawan mancanegara ke keramba ikan tentunya berimbas pada perolehan pendapatan misalnya dari jasa penyeberangan menuju keramba Rp15.000/orang, jasa
masuk keramba Rp2.000/orang hingga dari kegiatan memancing karena setiap kilogram ikan cakalang yang dipancing dihargai Rp80.000/kg kalau lobster Rp350.000/kg.

“Fasilitas memancing di kerambai ikan itulah yang menjadi daya tarik wisatawan berkunjung karena mereka bisa melihat langsung ikan yang hendak dipancing, kebanyakan tamu yang
datang dan senang memancing berasal dari Taiwan,” katanya.

Sehingga tidak heran apabila pada perayaan Imlek tiba, Sutana mengaku banyak menerima tamu bahkan dalam sekali kunjungan bisa disinggahi sebanyak 50 orang turis.Kini dengan terus berkembangnya kegiatan usaha keramba ikan terutama dari sisi kunjungan wisata memberi dampak positif dari sisi ekonomi keluarga sehingga pendapatan meningkat menjadi Rp100.000/hari.

Dia mengaku pendapatan yang diperoleh saat ini kebanyakan berasal dari kontribusi efek sampingan dari keberadaan keramba ikan misalnya dari aktivitas jasa penyeberangan,
jasa keramba dan kegiatan memancing.

Kedepan pihaknya berharap akan dapat terus memperluas keramba ikan dari hanya sekitar satu are atau 100 m2 sehingga bisa lebih meningkatkan pendapatan keluarga sekaligus bisa menampung tenaga kerja diluar anggota kelompok yang saat ini hanya sebanyak tiga orang.

Menurut Sutana, tidak semua penghasilan dari keramba ikan dibagikan kepada anggota karena masing-masing harus menyisihkan uang untuk membeli pakan ikan serta membayar
cicilan pinjaman sebesar Rp200.000/bulan.

Koordinator BKM Segara Asih, Darsa mengakui, selama ini cicilan dari KSM Mertha Segara Asih cukup tertib dan tidak ada yang menunggak, hal itu tidak terlepas dari adanya sanksi adat yang diberlakukan jika mereka menunggak.

Menurut dia, ide membuat keramba ikan itu murni berasal dari warga Kelurahan Serangan dan disesuaikan dengan prioritas kebutuhan warga miskin setempat.

“Setelah kami melakukan pemetaan swadaya warga nelayan berkeinginan dapat mengembangkan usaha ekonomi yang berhubungan dengan perairan laut, sehingga pinjaman yang digulirkan juga diprioritaskan kepada nelayan miskin yang penentuannya didasarkan pada pemantauan kepala lingkungan,”  katanya.

Selain untuk keramba ikan, kata Darsa, BKM Segara Asih juga memberikan pinjaman bergulir kepada warga lain untuk modal usaha penjualan ikan bakar sehingga dengan adanya pinjaman
modal itu para pedagang tidak lagi mengandalkan pinjaman dari rentenir.

Masih banyak visi-misi BKM Segara Asih yang ingin diwujudkan yakni penataan garis pantai dan pembuatan dermaga sederhana, penumbuhan pola budi daya kelautan dalam hal ini ikan dan
rumput laut.

Kemudian produk kompos baik padat maupun cair, tempat pelelangan ikan dan proses hasil laut, bengkel perawatan dan pembuatan kapal serta pengadaan air bersih untuk warga masyarakat Pulau Serangan.

Pewarta:

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2010