Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), disebut aktif merawat gambut dan membangun ekonomi masyarakat di sekitar rawa gambut di Desa Tatakan, Kabupaten Tapin.
Giyono, Ketua Kelompok Harapan Gambut mengatakan, sejak 2019 lalu bantuan dan wawasan terkait peduli gambut gencar dilakukan BRGM di desanya.
"Aktif dan membantu sekali," ujarnya.
Bantuan itu, misalnya berupa peternakan ayam dengan dua buah kandang, berkapasitas 3.000 ekor. Sekarang, hasilnya sudah dinikmati oleh masyarakat.
Begitupun dengan pengembangan ekonomi kreatif, seperti pelatihan pembuatan kain sasirangan khas Kalsel. Dan pengembangan olahan produk pangan juga diberikan BRGM, untuk masyarakat peduli gambut itu.
"Program lainnya yaitu agroforestry. Kami tanam singon, jeruk, terong, cabai rawit, pete," ujarnya.
Terkait dampak yang dilakukan BRGM di Desa Tatakan, kata Giyono, sekat kanal yang dibuat sejak 2019 lalu berfungsi dengan baik dan mampu mengurangi kebakaran gambut di wilayahnya.
"Alhamdulillah, kesadaran masyarakat sudah sudah ada, tidak seperti dulu lagi. Kebakaran sekarang sudah kurang," ujarnya.
Ikhsan, Fasilitator Desa BRGM mengungkapkan dari peta spasial 2021, di Desa Tatakan memiliki luas lahan gambut 651 hektar, ketebalan dangkal, kedalaman 50-100 cm. Dalam luasan itu juga meliputi wilayah konsesi perusahan kelapa sawit.
"Lahan gambut di Desa Tatakan bisa dikatakan kritis," ujarnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi rusaknya lahan gambut di situ, kata Ikhsan, secara historis karena sering kebakaran. Begitupun, kanalisasi aliran air dari aktivitas perusahan sawit dan tambang batu bara, juga mempengaruhi ekosistem gambut.
"Gambut sangat penting, berfungsi sebagai wilayah resapan air, dan di dalamnya juga terdapat mikroba yang baik untuk pertanian," ujarnya.
Selain revitalisasi ekonomi, masyarakat juga diberikan pelatihan oleh BRGM untuk membuka lahan tanpa harus membakar.
"Kita harapkan masyarakat dapat memahami fungsi dan pemanfaatan gambut," ujarnya.
Sekedar info, Desa Tatakan itu masuk ke dalam wilayah kesatuan hidrologi gambut (KHG) Sungai Barito - Sungai Tapin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Giyono, Ketua Kelompok Harapan Gambut mengatakan, sejak 2019 lalu bantuan dan wawasan terkait peduli gambut gencar dilakukan BRGM di desanya.
"Aktif dan membantu sekali," ujarnya.
Bantuan itu, misalnya berupa peternakan ayam dengan dua buah kandang, berkapasitas 3.000 ekor. Sekarang, hasilnya sudah dinikmati oleh masyarakat.
Begitupun dengan pengembangan ekonomi kreatif, seperti pelatihan pembuatan kain sasirangan khas Kalsel. Dan pengembangan olahan produk pangan juga diberikan BRGM, untuk masyarakat peduli gambut itu.
"Program lainnya yaitu agroforestry. Kami tanam singon, jeruk, terong, cabai rawit, pete," ujarnya.
Terkait dampak yang dilakukan BRGM di Desa Tatakan, kata Giyono, sekat kanal yang dibuat sejak 2019 lalu berfungsi dengan baik dan mampu mengurangi kebakaran gambut di wilayahnya.
"Alhamdulillah, kesadaran masyarakat sudah sudah ada, tidak seperti dulu lagi. Kebakaran sekarang sudah kurang," ujarnya.
Ikhsan, Fasilitator Desa BRGM mengungkapkan dari peta spasial 2021, di Desa Tatakan memiliki luas lahan gambut 651 hektar, ketebalan dangkal, kedalaman 50-100 cm. Dalam luasan itu juga meliputi wilayah konsesi perusahan kelapa sawit.
"Lahan gambut di Desa Tatakan bisa dikatakan kritis," ujarnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi rusaknya lahan gambut di situ, kata Ikhsan, secara historis karena sering kebakaran. Begitupun, kanalisasi aliran air dari aktivitas perusahan sawit dan tambang batu bara, juga mempengaruhi ekosistem gambut.
"Gambut sangat penting, berfungsi sebagai wilayah resapan air, dan di dalamnya juga terdapat mikroba yang baik untuk pertanian," ujarnya.
Selain revitalisasi ekonomi, masyarakat juga diberikan pelatihan oleh BRGM untuk membuka lahan tanpa harus membakar.
"Kita harapkan masyarakat dapat memahami fungsi dan pemanfaatan gambut," ujarnya.
Sekedar info, Desa Tatakan itu masuk ke dalam wilayah kesatuan hidrologi gambut (KHG) Sungai Barito - Sungai Tapin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021