Banjarmasin,  (Antaranews Kalsel) - Suasana peringatan Hari Ulang Tahun ke-70 Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2015 di Duta Mal atau pusat perbelanjaan modern di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tampak kurang semarak, ujar beberapa pengunjung, Sabtu malam.


Setidaknya pemasangan bendera atau baner merah putih pada etalasi yang di Duta Mal tersebut guna menyemarakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Republik Indonesia," tutur Hj Nurul, salah seorang pengunjung pusat perbelanjaan modern itu.

Seperti terlihat pada lantai II Duta Mal sedikit sekali atau hanya ada beberapa etalasi dan masih bisa dihitung dengan jari jangan yang memasang baner merah putih sebagai pertanda ikut memeriahkan atau menyemarakan HUT ke-70 Kemerdekaan RI.

"Apakah sosialisasi atau seruan supaya memasang bendera atau baner merah putih yang masih kurang? Mungkin pula perlu peningkatan kepedulian dan kesadaran akan makna sebuah kemerdekaan," tutur nenek dari dua cucu itu.

"Mungkin kita tak banyak sumbangsih mengisi kemerdekaan, tapi setidak ikut memeriahkan dan menyemarakan peringatan HUT kemerdekaan dengan memasang bendera atau baner merah putih," demikian Nurul.

Sementara itu, Udin (68), warga Banjarmasin berpendapat, mungkin perlu sebuah aturan dan komitmen, saat suasana HUT Kemerdekaan RI irama musik perjuangan pada pusat-pusat perbelanjaan.

"Lagu-lagu irama perjuangan itu bukan cuma sekedar nostalgia, tapi kita harapkan dapat menanamkan dan meningkatkan rasa patriotisme serta kecintaan terhadap tanah air," ujar laki-laki kelahiran Agustus atau berbintang Leo tersebut.

Jangan karena alasan modernisasi dan hak asasi, lanjut mantan aktivis pemuda dan mahasiswa itu,, seenaknya pula mengumandangkan musik lagu-lagu yang membisingkan dan memekakan telinga pengunjung.

Menurut alumnus Penataran Kewaspadaan Nasional (Tarpadnas) Pemuda Indonesia itu, pemupukan patriotisme dan cinta tanah air tersebut perlu bagi generasi bangsa, agar tidak kehilangan integritas dan tak seenaknya menjual sumber daya alam (SDA) kepada asing.

"Bukan cuma menjual SDA, tapi yang paling parah dengan bangga menjual jati diri Indonesia ke luar negeri, dengan membuka kelemahan bangsa sendiri, dengan alasan masa keterbukaan," ujar ayah dari dua anak itu. 

Pewarta: Syamsudin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015