Usaha budi daya perikanan di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan menghadapi masalah kenaikan harga pakan ikan selama terjadinya Pandemi COVID -19 bahkan harga jual beberapa jenis ikan mengalami penurunan.

"Permasalahan pakan ikan dihadapi oleh pelaku usaha budidaya umum, kolam dan jaring tancap, semua merek pakan mengalami kenaikan, sementara harga jual tetap bahkan ada beberapa jenis ikan yang turun," ujar PPL Perikanan Dayat di Amuntai, Senin (1/11).

Dayat mengatakan produksi budidaya perikanan masih stabil di masa Pandemi meski terjadi kenaikan harga pakan ikan seperti merk Comfeed yang sebelum Pandemi seharga Rp445 ribu menjadi Rp495 ribu per 50 kilogram  dimasa Pandemi.

Penurunan harga terjadi karena jumlah penerimaan dari pembeli berkurang untuk jenis  Ikan Grasscap dan Ikan Mas. Sedangkan untuk komuditas Ikan Nila, Patin dan Bawal justru terjadi kenaikan harga.

Pelaku usaha budidaya ikan di kolam rawa Haji  Haris mengakui pertengaham 2020 terjadi  penurunan permintaan dan harga Ikan Patin  turun Rp15 ribu per kg, namun memasuki awal 2021 permintaan kembali naik dan kini harganya mencapai Rp20 ribu per kg.

"Mensiasati kenaikan harga pakan ikan anggota kelompok kami (Kelompok Baruh Makmur) bikin pakan sendiri secara mandiri, " katanya.

Kelompok Baruh Makmur yang dipimpin Haji Haris di Kecamatan Haur Gading  ini merupakan kelompok perikanan terbesar dimana wilayah Kecamatan Haur Gading ditetapkan sebagai Kota Ikan (Minapolitan).

Pelaksana tugas Kepala Dinas Perikanan Kabupaten HSU Ismarlita mengatakan, penjualan hasil produksi perikanan budidaya pada masa pandemi tidak  terlalu terpengaruh secara signifikan karena  permintaan konsumen dalam daerah (konsumsi rumah tangga dan warung makan) masih stabil.
 
Bantuan mesin pendingin kepada kelompok nelayan di Kabupaten HSU. (ANTARA/Eddy A)

"Begitu juga permintaan dari luar daerah, tetap dilakukan distribusi ke luar daerah," katanya.

Ismarlita menyampaikan, data produksi perikanan budidaya tahun 2020 sebesar 9.082,025 ton atau naik kurang lebih 2,86% dari tahun 2019.

Selain itu, lanjutnya, hasil rapat koordinasi Menteri Kelautan dan Perikanan dengan produsen pakan ikan/udang bahwa pemerintah melakukan upaya-upaya pemberian kemudahan berupa insentif fiskal dan stimulus kepada  perusahaan pakan untuk memudahkan produksi pakannya, sehingga seluruh perusahaan/produsen pakan ikan/udang untuk menunda kenaikan harga pakan ikan/udang.

"Kebijakan pemerintah tersebut diterapkan di masa Pandemi COVID  2020, selain itu ada juga  Bantuan Sosial Tunai (BST) bagi pelaku usaha perikanan melalui Kementerian Sosial, atas usulan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2020," terang Ismarlita.
 
Bantuan mesin pendingin kepada kelompok nelayan pengolah dan pemasaran ikan di Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten HSU. (ANTARA/Eddy A)

Sebanyak 994 orang mendapat bantuan BST masing-masing Rp600.000 per bulan yang disalurkan melalui PT Pos Indonesia dan tenaga pendamping sosial.

Selain BST juga ada bantuan mesin penyimpanan ikan 'Chest Frezeer' sebanyak empat unit di 2020 dengan kapasitas 200 kg bagi kelompok pengumpul/pemasaran di Kecamatan Paminggir dan bantuan kapasitas 300 kg pada 2021 bagi kelompok pengolah hasil perikanan dan pemasaran di Kecamatan Sungai Pandan.

"Mesin pendingin atau penyimpanan ini dapat menjaga kesegaran ikan hingga membekukan ikan jika tertunda penjualan, sedangkan jika permintaan ikan mengalami penurunan, kelompok nelayan mensiasatinya dengan  mengurangi jumlah atau frekuensi pemberian pakan ikan sehingga nelayan tidak begitu merugi," kata Ismarlita.

 

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021