Berwisata berpetualangan kawasan geopark Loksado, Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Provinsi Kalimantan Selatan, seperti arung jeram menggunakan rakit bambu (bambo rafting) ternyata bukan menikmati alam petualangan saja namun bisa belajar mengenai vegetasi Meratus di alur arum jeram tersebut.

Setidaknya menggali pengetahuan vegetasi Meratus melalui Joki (pemandu) arung jeram lanting bambu, seperti yang dialami penulis saat menyusuri hulu sungai amandit sepanjang sekitar 15 kilometer atau waktu dua setengah jam tersebut, beberapa hari lalu.

Madi (50 tahun) joki arum jeram yang sudah 20 tahun mengeluti profesi tersebut selalu menjawab pertanyaan penulis dikala di sisi kiri dan kanan sungai yang ditemui saat susur sungai tersebut terdapat sebuah pohon atau tanaman.
pohon Bangkala (Antaranews Kalsel/Hasan Z)


Sebagian besar madi tahu tentang tanaman tersebut, sekaligus manfaat dari tamaman tersebut, yang disebutkannya ada yang dijadikan makanan begitu saja terhadap buah dari tanaman  tersebut, ada pula yang disayur, bahkan ada tanaman yang diyakini bisa menjadi obat herbal, bahkan ada tanaman yang diyakini memiliki kekuatan gaib.

Pohon yang banyak ditemui di kawasan tersebut, seperti pohon sangkuang yang buahnya banyak digunakan warga untuk rujak (pencok) karena rasanya yang asam nanis, dan digemari warga bahkan menjadi makanan satwa seperti lutung, kera abu-abu, tupai, bahkan bekantan.
Pohon Tigarun (Antaranews Kalsel/Hasan Z)


Kemudian pula pohon loa yang buahnya menyerupai buah tin, ternyata selain enak dimakan sebagai penghilang dahaga, juga buah ini menjadi makanan ikan seperti baung, jelawat, patin, dan ikan lainnya. Warga banyak memanfaatkan buah loa sebagai umpat kail saat memancing di sungai tersebut.

Kemudian lagi pohon agak besar yang mudah dijumpai di alur sungai Amandit tersebut disebut pohon Bangkala yang sejenis palam palaman serupa pohon enau tapi tak tinggi, konon umbut pohon ini sering digunakan warga untuk sayuran, rasanya enak, walau ada sedikit sepat tetapi banyak diburu warga untuk sayuran.

Paku Naga, sejenis pakis atau paku pakuan, pohonnya tinggi dan daunnya yang besar konon menurut Madi, warga setempat ini, banyak dgunakan untuk pengobatan penyakit kayap.
Hutan Rotan Paikat (Antaranews Kalsel/Hasan Z)


Sementara pohon jingah, walau yang akarnya kuat sekali menahan abrasi di sungai tersebut diketahui mengandung racun, karena itu Madi menganjurkan jangan terlalu mendekati pohon tersebut, karena getahnya bisa membuat badan menjadi kemerah merahan dan sangat gatal.

Pohon Bayuan dipercaya sebagai bahan aneka obat-obatan seperti untuk sakit perut, obat ganal, bahkan daun dan akarnya dinilai bisa menguisir setan jika di taruh di dalam rumah.
Buah Pohon Bayuan (Antaranews Kalsel/Hasan Z)
nga pohon ni sangat indah dikala musim berbunga, warna kuning dan putih mungkin lebih indah dari bunga Sakura di Jepang, tambah Madi seraya menunjuk beberapa pohon rindang di alur sungaia tersebut.

Selain pepohonan kawasan hutan yang dilalui susur sungai tersebut terlihat banyak sekali hutan bambu, hutan rotan paikat dan walatung, pisang pisang hutan, salak hutan.

Salak hutan ini setelah matang enak sekali dimakan, tetapi agak kecut tetapi khas rasanya, sementara pisang hutan, tidak bisa dimakan karana banyak sekaligi bijinya, kata Madi.
Pohon Beringin Hutan yang dianggap rumah hantu Paikat (Antaranews Kalsel/Hasan Z)


Ada lagi pohon tigarun yang bunganya mudah disayur setelah dipermentasi, beringin hutan, pohon kunidai yang buahnya sering digunakan untuk peluru meriam meriaman oleh anak-anak dan banyak lagi tanaman yang lain.

Menurut cerita kawasan ini tadinya hutan lebat banyak kayu ulin, kayu keruing, bangkirai, sintuk, dan kayu ekonomis sejenisnya tetapi karena nilai ekonomi tinggi banyak ditebang, dan beberapa pohon masih dapat ditemui, demikian cerita sambil berarung jeram.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021