Barabai, (Antaranews Kalsel) - Hati siapa yang tidak miris melihat anak kecil seumuran Ida (6 tahun)  terpaksa tinggal dan tidur di atas kardus di bawah jembatan Mesjid Sulaha, Barabai Darat Kecamatan Barabai, Hulu Sungai Tengah.


Sang Ibu Yana (38) tahun menjelaskan, dia bersama anak dan suaminya,  terpaksa tinggal di bawah jembatan sulaha karena tak sanggup bayar sewa rumah.

Dengan perlengkapan hidup seadanya seperti kardus, tikar, kelambu kecil dan kain sarung untuk ayunan si buah hati, yang juga belum juga bisa bersekolah Yana bersama keluarganya tinggal di bawah jembatan tersebut.

Menurut Yana, sudah lebih dari satu tahun kehidupan seperti itu dijalaninya bersama suaminya, Ijai (60 tahun) yang berprofesi sebagai buruh angkat di pasar baru Barabai.

Penghasilannya setiap hari, hanya cukup untuk makan, yaitu antara Rp15 ribu - Rp20 ribu perhari,  sehingga tidak bisa menyewa  rumah.

Yana berasal dari daerah Kelua, Tabalong sementara suaminya Ijai yang sudah lanjut usia berasal dari desa
Aluan, Kecamatan Batu Benawa, ijai merupakan suami ketiga dari Yana.

Dari dua pernikahan sebelumnya Yana, memiliki dua anak yaitu Ita yang tinggal di Panti Asuhan Amuntai dan Ida yang saat ini diasuhnya.

"Dulu kami sempat menyewa rumah di daerah Munti, Barabai per bulannya Rp120 ribu, namun tak bisa lama
karena tidak sanggup bayar jadi terpaksa malam kerja dan tidur dipasar dengan menggunakan kelambu kecil sementara dari subuh hingga sore tinggal atau istirahat di bawah jembatan sulaha", ujarnya.

Keinginan untuk menyekolahkan Ida yang telah berumur enam tahun memang telah lama ada namun karena malu dan tidak ada biaya maka Ida yang masih polos  dan selalu ingin dekat ibunya sampai saat ini belum mengecap pendidikan baik TK.

Apalagi  KTP ibunya masih berstatus KTP Teluk Kelayan daerah Banjarmasin. Diungkapkannya sebenarnya suaminya Ijai sudah pernah mencoba mengurusi administrasi kependudukan seperti  KTP namun  tidak tahu cara mengurusnya.

Akibatnya, hingga kini dia bersama keluarga belum tersentuh program bantuan pemerintah seperti bantuan tunai langsung, fasilitas kesehatan dan lainnya.

Ketika ditanyakan kalau si buah hati atau dari ketiganya ada yang sakit, dijawabnya sejauh ini belum pernah
terkena penyakit yang serius paling demam atau batuk yang obatnya bisa dibeli diwarung atau kios terdekat

Hanya saja, kata Yana,  pertumbuhan fisik anaknya  tidak seperti anak lainnya dikarenakan keterbatasan
kebutuhan pokok yang  dimiliki.

"Alhamdulillah tidak pernah sakit serius Ida jadi mungkin Tuhan ngerti aja keadaan kami seperti ini, saya
juga membantu suami di pasar malam hari juga sebagai buruh angkat-angkat pisang dengan pemberian orang
antara Rp10 ribu hingga 15 ribu",ujarnya.

Menurut  Yana, anak pertamanya, Ita  lebih beruntung karena  sejak kelas satu SD hingga duduk di kelas 2 SMP sudah dititipkan di Panti Asuhan di Amuntai HSU.

Pengurus KNPI HST yang datang menjenguk dan melihat secara langsung kondisi keluarga Yana mengaku miris dan berharap pemeriantah segera memberikan perhatian.

Hal senada diungkapkan Wakil Ketua DPRD HST Jainuddin Bahrani, yang mengatakan,  semestinya petugas kelurahan setempat segera mendata keluarga ini untuk mendapatkan administrasi kependudukan.

"Administrasi kependudukan ini penting apalagi keluarga bapak Ijai dan Ibu Yana ini mengaku telah l lima tahunan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sehingga bila ada program bantuan dari daerah," katanya.

Begitu juga dengan program pusat,. juga dapat dimanfaatkan untuk membantu keluarga ini, apalagi ada anak kecil yang tentunya membutuhkan pangan yang baik untuk pertumbuhan.

Selain itu, kata dia, tidak kalah pentingnya pendidikan anak tersebut, sehingga  Disdik dan Disnakertransos HST pun perlu bertindak mencarikan solusinya.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015