Borobudur, (Antaranews Kalsel) - Objek wisata "Purwosari Sunrise" semakin diminati para turis, baik nusantara maupun mancanegara, yang ingin menikmati matahari terbit dari bukit di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu, kata pengelola kepariwisataan setempat Mura Aristina.


"Bahkan selama Ramadhan ini, tetap saja ada wisnus dan wisman yang berkunjung untuk menyaksikan eloknya matahari terbit dari Bukit Purwosari," kata Mura, Penasihat Masyarakat Pengelola "Purwosari Sunrise" Dusun Wonotigo, Desa Kembanglinmus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang itu, di Borobudur, Selasa.

Pada hari biasa, pengunjung sekitar 5-10 orang, sedangkan selama Ramadhan ini justru meningkat antara 15-20 wisman, sedangkan wisnus antara 30-40 orang. Bukit Purwosari dengan ketinggian sekitar 400 meter dari permukaan air laut itu berada sekitar tiga kilometer barat daya Candi Borobudur.

Puncak bukit yang telah ditata secara terasering oleh warga setempat, membuat wisatawan nyaman menikmati keindahan matahari terbit di antara Gunung Merapi dan Merbabu dengan lanskap Candi Borobudur berupa hamparan kabut pagi di antara pepohonan.

Ia menyambut positif dukungan Badan PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) kepada warga setempat yang secara mandiri mengembangkan potensi alamnya berupa bukit tersebut, sebagai objek wisata alam.

"Kami mendapat bantuan berupa papan petunjuk dan peta wisata kawasan Candi Borobudur yang disusun UNESCO sehingga pengunjung, agen perjalanan wisata, bisa mengarahkan tamunya ke 'Purwosari Sunrise'," katanya.

Apalagi, katanya, saat bulan Juni sebagai musim panas membuat wisman makin banyak yang bertandang ke bukit tersebut, sedangkan wisnus yang menikmati panorama kawasan Candi Borobudur itu, umumnya kalangan fotografer dari berbagai kota.

"Turis asing antara lain datang dari Eropa, Amerika Latin, Australia. Kalau domestik antara lain dari berbagai kota di Jateng, Yogyakarta, dan Jakarta," katanya.

Ia mengatakan, umumnya pengunjung berada di puncak bukit tersebut selama sekitar 1,5 jam. Mereka datang mulai sekitar pukul 04.30 WIB untuk kemudian dari tempat parkir kendaraan, berjalan kaki melewati jalan setapak berundak-undak hingga puncak bukit. Warga setempat menyiapkan dua lokasi istirahat yang nyaman, di sepanjang jalan setapak berundak-undak tersebut.

Setelah melihat matahari terbit, pengunjung dengan didampingi pemandu yang warga setempat, kemudian melanjutkan lawatan ke sejumlah objek lainnya, seperti rumah doa "Bukit Rima" berupa bangunan raksasa berbentuk burung merpati sedang duduk, mengunjungi perajin gula jawa dan ceriping ketela, dan berjalan kaki melewati dua jembatan bambu di dusun setempat.

Ia menyatakan, optimistis "Purwosari Sunrise" yang dikelola secara mandiri oleh warga setempat akan semakin diminati wisnus dan wisman, termasuk saat musim libur Lebaran mendatang.

Hingga saat ini, kata Mura, yang juga pegawai Balai Konservasi Borobudur itu, pengelola kepariwisataan setempat belum menerapkan tarif tertentu kepada wisatawan Bukit "Purwosari Sunrise".

"Hanya kami sediakan 'donation box' sukarela dan tarif parkir kendaraan wisatawan, untuk mendukung upaya kami mengelola 'Purwosari Sunrise'," katanya./e

Pewarta: M. Hari Atmoko

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015