Ekspor kopi hijau dari Brazil, produsen terbesar dunia, anjlok 27 persen pada Agustus dari tahun sebelumnya menjadi 2,33 juta kantong 60 kg, karena kesulitan menemukan kontainer dan ruang di kapal meningkat, kata asosiasi eksportir Cecafe pada Senin.

Cecafe mengatakan dalam laporan bulanannya bahwa sekitar 3,5 juta kantong kopi tidak dapat dikirim tepat waktu tahun ini karena hambatan pengiriman, menyebabkan kerugian sekitar 500 juta dolar AS bagi industri pengekspor kopi negara itu.

Jumlah kopi yang dikirim oleh eksportir Brazil pada Agustus adalah volume bulanan terkecil setidaknya dalam satu tahun.

“Krisis operasional ini menyebabkan kenaikan besar dalam harga pengiriman, pembatalan pemesanan berulang dan peningkatan kesulitan untuk membuat pemesanan baru untuk kontainer atau ruang kapal,” kata Presiden Cecafe, Nicolas Rueda.

Asosiasi tersebut mengatakan bahwa 40 persen hingga 50 persen dari semua kargo kopi menghadapi penundaan di pelabuhan dalam tiga bulan terakhir, dibandingkan dengan 10 persen hingga 20 persen yang terlihat pada bulan-bulan pertama tahun ini, karena situasinya memburuk.

Baca juga: KBRI Kairo genjot ekspor kopi ke Mesir

Brazil menyumbang hampir 40 persen dari perdagangan kopi global. Penundaan dapat mengganggu operasi untuk beberapa roaster di Amerika Serikat dan Eropa, klien terbesarnya.

Kerusakan dan kekurangan rantai pasokan telah melanda dunia setelah pandemi COVID-19 di tengah meningkatnya pesanan daring dan gangguan dalam sistem transportasi ketika pekerja jatuh sakit atau memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan itu. Ada kekurangan dalam segala hal.

Kontainer lebih banyak diminta di tujuan seperti AS dan telah tinggal di sana lebih lama dari biasanya, menyebabkan kekurangan untuk rute seperti Amerika Selatan ke AS atau Asia ke Eropa.

Datamar, sebuah agen informasi pengiriman, mengatakan pada Senin (13/9/2021), bahwa Brazil menerima 604 kontainer kapal pada Agustus, 10 persen lebih rendah dari pada bulan yang sama tahun lalu.

“Ada banyak permintaan (pengiriman) dan infrastruktur butuh waktu lama untuk bereaksi. Pelabuhan-pelabuhan itu sudah pada batas kapasitasnya,” kata Rueda.

Baca juga: Kopi merapi miliki pasar sendiri

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021