Seorang kolektor tumbuhan yang bisa menjadikan bahan pewarna alamiah Mohamad Rido berpendapat, Kota Banjarmasin yang dikenal sebagai kota hijau diperlukan sebuah taman yang khusus mengkoleksi tumbuhan atau tanaman yang bisa menjadi bahan pewarna alam.

Maksudnya dengan adanya taman tersebut bukan saja mempercantik kota, juga bisa menjadi lokasi pendidikan bagi anak-anak sekolah bahkan bisa menjadi lokasi penelitian mahasiswa di perguruan tinggi, kata Mohammad Ridho kepada ANTARA Kalsel, Jumat.

Wartawan Antara Biro Kalsel yang melihat lokasi koleksi tamaman pewarna alam di rumah pak Mohammad Ridho di bilangan Mulawarman banjarmasin tersebut, mendapat penjelasan bahwa tanaman pewarna alam bukan saja dapat digunakan sebagai zat pewarna alami tetapi juga bisa menjadi tanaman obat-obatan.

"Seperti di museum tekstil di Jakarta memiliki ada sebuah taman pewarna alam, dimana tumbuhan bisa menjadi pewarna tekstil, dan itu diminati pengunjung" katanya.

Kalau di Banjarmasin tak perlu luas cukup umpamanya lahan 10 kali 10 meter,  umpamanya di lahan kamboja kah, atau dimana saja lah, yang penting mudah dijangkau anak anak dan masyarakat.

Tumbuhan pewarna alam itu contohnya saja indegovera yang berasal dari berbagai negera ternyata juga mudah tumbuh tempat Banjarmasin ini, ada sebelas jenis tanaman ini.

Tumbuhan lokal yang menjadi pewarna alam ditempat kita ini cukup banyak, dari akar, kulit kayu, daun, sampai buah, bisa digunakan sebagai pewarna.

Kayu atau tanaman yang biasa digunakan untuk pewarna alam, khususnya kain sasirangan, seperti kayu ulin, buah gincu, jati, kayu sepang, delima,kayu merah dan banyak lagi lah.

Mohammad Ridho sendiri menyebutkan jika Pemkot menyediakan lahan, ia bersedia menanami di taman tersebut sekaligus merawatnya.





 

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021