Intel berencana untuk membangun fasilitas pembuatan chip baru di Eropa hingga 95 miliar dolar AS atau sekitar Rp1,3 kuadriliun untuk menambah kapasitas manufaktur pada saat krisis pasokan chip global.
Chief Executive Officer Intel Pat Gelsinger pada Selasa (7/9) mengatakan perusahaan sedang merencanakan dua pabrik chip di lokasi baru di Eropa dan berpotensi memperluasnya lebih jauh dengan meningkatkan total investasi selama sekitar satu dekade hingga 80 miliar Euro (Rp1,3 kuadriliun).
Fasilitas tersebut diperkirakan akan memenuhi permintaan semikonduktor untuk komputer, mobil, dan gadget yang belakangan melonjak.
Baca juga: Laptop berprosesor Generasi 10 masuk Indonesia
“Era baru permintaan semikonduktor yang berkelanjutan ini membutuhkan pemikiran yang berani dan besar,” kata Gelsinger saat menghadiri acara industri otomotif di Munich, dikutip dari The Wall Street Journal pada Rabu.
Saingan Intel, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) pada tahun ini juga mengatakan akan menghabiskan rekor 100 miliar dolar AS (Rp1,4 kuadriliun) selama tiga tahun ke depan untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Sementara Samsung pada bulan lalu mengatakan pihaknya berencana untuk meningkatkan investasi dengan sepertiga menjadi lebih dari 205 miliar dolar AS (Rp2,9 kuadriliun) selama tiga tahun ke depan, sebagian bertujuan untuk menjadi pemimpin dalam manufaktur chip.
Kekurangan chip global telah memukul kondisi produsen otomotif. Ford dan General Motors pada pekan lalu mengatakan mereka membatasi produksi karena kelangkaan chip. Sementara Toyota pada bulan lalu mengatakan bahwa kondisi tersebut akan memangkas produksi sebesar 40 persen di seluruh dunia pada September.
Baca juga: Indonesia dukung para kandidat terpilih duduki jabatan WIPO
Gelsinger menyebutkan pasar keseluruhan untuk chip mobil diperkirakan akan berkembang menjadi 115 miliar dolar AS (Rp1,6 kuadriliun) pada dekade berikutnya, meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding saat ini.
Menurut Intel, bisnis pembuatan chip perusahaan telah menjaring pelanggan potensial di Eropa, termasuk perusahaan otomotif.
Gelsinger memperkirakan pasar untuk chip mobil akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada akhir dekade ini. Menurutnya, semikonduktor akan menyumbang lebih dari 20 persen dari biaya material untuk mobil segmen premium baru, naik dari 4 persen pada 2019.
Ekspansi manufaktur Intel di Eropa di bawah kepemimpinan Gelsinger merupakan bagian dari upaya untuk menjadikan Intel sebagai produsen chip utama.
Rencananya, produksi semikonduktor tidak hanya untuk keperluan perusahaan sendiri tetapi juga perusahaan lain seperti raksasa ponsel Qualcomm dan penyedia komputasi awan Amazon.
Gelsinger memulai upaya tersebut pada bulan Maret dengan janji untuk membangun dua pabrik di Arizona dengan biaya 20 miliar dolar AS (Rp285 triliun) dan sejak itu menambahkan upaya perluasan senilai 3,5 miliar dolar AS (Rp49 triliun) di New Mexico.
Lokasi baru pembuatan chip di Eropa pada akhirnya dapat menampung hingga delapan pabrik, kata Gelsinger. Intel juga berencana untuk memutuskan lokasi pabrik baru di AS pada akhir tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Chief Executive Officer Intel Pat Gelsinger pada Selasa (7/9) mengatakan perusahaan sedang merencanakan dua pabrik chip di lokasi baru di Eropa dan berpotensi memperluasnya lebih jauh dengan meningkatkan total investasi selama sekitar satu dekade hingga 80 miliar Euro (Rp1,3 kuadriliun).
Fasilitas tersebut diperkirakan akan memenuhi permintaan semikonduktor untuk komputer, mobil, dan gadget yang belakangan melonjak.
Baca juga: Laptop berprosesor Generasi 10 masuk Indonesia
“Era baru permintaan semikonduktor yang berkelanjutan ini membutuhkan pemikiran yang berani dan besar,” kata Gelsinger saat menghadiri acara industri otomotif di Munich, dikutip dari The Wall Street Journal pada Rabu.
Saingan Intel, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) pada tahun ini juga mengatakan akan menghabiskan rekor 100 miliar dolar AS (Rp1,4 kuadriliun) selama tiga tahun ke depan untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Sementara Samsung pada bulan lalu mengatakan pihaknya berencana untuk meningkatkan investasi dengan sepertiga menjadi lebih dari 205 miliar dolar AS (Rp2,9 kuadriliun) selama tiga tahun ke depan, sebagian bertujuan untuk menjadi pemimpin dalam manufaktur chip.
Kekurangan chip global telah memukul kondisi produsen otomotif. Ford dan General Motors pada pekan lalu mengatakan mereka membatasi produksi karena kelangkaan chip. Sementara Toyota pada bulan lalu mengatakan bahwa kondisi tersebut akan memangkas produksi sebesar 40 persen di seluruh dunia pada September.
Baca juga: Indonesia dukung para kandidat terpilih duduki jabatan WIPO
Gelsinger menyebutkan pasar keseluruhan untuk chip mobil diperkirakan akan berkembang menjadi 115 miliar dolar AS (Rp1,6 kuadriliun) pada dekade berikutnya, meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding saat ini.
Menurut Intel, bisnis pembuatan chip perusahaan telah menjaring pelanggan potensial di Eropa, termasuk perusahaan otomotif.
Gelsinger memperkirakan pasar untuk chip mobil akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada akhir dekade ini. Menurutnya, semikonduktor akan menyumbang lebih dari 20 persen dari biaya material untuk mobil segmen premium baru, naik dari 4 persen pada 2019.
Ekspansi manufaktur Intel di Eropa di bawah kepemimpinan Gelsinger merupakan bagian dari upaya untuk menjadikan Intel sebagai produsen chip utama.
Rencananya, produksi semikonduktor tidak hanya untuk keperluan perusahaan sendiri tetapi juga perusahaan lain seperti raksasa ponsel Qualcomm dan penyedia komputasi awan Amazon.
Gelsinger memulai upaya tersebut pada bulan Maret dengan janji untuk membangun dua pabrik di Arizona dengan biaya 20 miliar dolar AS (Rp285 triliun) dan sejak itu menambahkan upaya perluasan senilai 3,5 miliar dolar AS (Rp49 triliun) di New Mexico.
Lokasi baru pembuatan chip di Eropa pada akhirnya dapat menampung hingga delapan pabrik, kata Gelsinger. Intel juga berencana untuk memutuskan lokasi pabrik baru di AS pada akhir tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021